5. A Loser?

502 57 1
                                    

Jangan lupa bantu cek typo. Jangan lupa vote, comment dan follow akunku.

Happy Reading!!!

💗💗💗





Namanya Darwin, si bocah umur 14 tahun yang dikenalnya lewat grup chat telegram berisikan orang-orang yang suka biologi. Sudah setahun Alfa bergabung dengan grup yang membahas seputar ilmu biologi itu. Seru saja bisa berdiskusi dengan orang-orang yang tertarik biologi. Terlebih Darwin yang memakai username Bukan Darwin itu menarik perhatian Alfa. Pertama kali bocah 14 tahun itu mendebat seseorang di grup bahwa sampai sekarang teori Darwin belum diketahui kebenarannya. Makanya hanya dinamakan 'teori' karena tidak ada bukti konkrit atas kebenarannya.

"Mau aku bantuin?" tawar Alfa ketika melihat Darwin kesulitan memotong tenderloin pesanannya. Tangannya terlihat agak kaku memegang pisau dan garpu.

Darwin mengangguk setuju. "Boleh, Kak."

Alfa mendekatkan kursinya ke Darwin. Lalu memotongkan daging itu untuk Darwin. Alfa memotongnya kecil-kecil.

"Makasih udah dipotongin, Kak. Tanganku udah bisa digerakin, tapi jari-jari masih agak kaku kaku, Kak. Mau bales chat Kakak aja lama ngetiknya." Entah mengapa Darwin mengatakannya sambil terkekeh. Alfa malah iba.

Alfa lantas membalasnya dengan senyuman. "Nggak apa-apa."

"Aku kena spinal cord injury dua tahun yang lalu, Kak. Makanya jadi lumpuh kayak gini. Maaf ya kalau aku ngerepotin Kakak."

"Nggak masalah, Kok. Kamu nggak ngerepotin," balas Alfa.

"Kakak jangan malu ya ketemuan sama aku."

Alfa menggeleng cepat. "Enggak, kok. Ngapain malu. Kamu anak yang hebat."

"Dua tahun yang lalu aku jatuh waktu ikutan wall climbing. Terus jadinya cedera kayak gini. Aku terpaksa keluar dari sekolah. Teman-teman aku juga banyak yang ninggalin aku setelah tahu aku lumpuh kayak gini," curhat Darwin. Mendengat curhatan itu hati Alfa terasa perih. Pasti sulit jadi Darwin yang ditinggalkan banyak orang di saat ia berasa di titik terendahnya.

"Kamu mungkin kehilangan banyak, termasuk teman. Tapi kakak mau kok jadi teman kamu," balas Alfa tulus. "Anggap kakak kayak kakak kandung kamu sendiri."

"Makasih, Kak. Seneng bisa punya teman lagi."

"Kita itu jadi manusia sebenarnya nggak butuh banyak teman, kok. Kita cuman butuh satu atau dua teman yang setia. Yang nggak akan ninggalin kita dalam keadaan apa pun."

"Bener juga, sih, Kak."

"Mulai sekarang Kita sahabatan, ya," kata Alfa.

Darwin mengeluarkan novel Sherlock Holmes yang sries The Hound of Baskerville dari tas yang dipangkunya. "Ini novelnya, Kak. Buat Kakak aja. Nggak usah dikembalikan."

"Lho, kok dikasih? Ini yang edisi Bahasa Inggris, lho. Pasti mahal dan susah nyarinya di toko buku biasa."

"Nggak masalah. Aku udah baca lima kali. Udah hafal jalan ceritanya. Lagian sekarang di olshop Indonesia dijual lagi kok yang versi Bahasa Inggris."

"Wah, makasih, ya. Kamu beli di mana yang versi Bahasa Inggris? Amazon?"

Darwin menggeleng. "Beli langsung di UK waktu liburan ke sana dulu. Eh, ternyata sekarang dijual juga di Indonesia. Tahu gitu nggak usah jauh-jauh beli di sana."

Alfa mengangguk mengerti. Sepertinya sahabat kecilnya ini memang berasal dari keluarga terpandang. Terlihat dari baju, sepatu, tas dan jaketnya yang kelihatan bermerk. Beli novel saja sampai ke UK.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang