54. Menyerah

194 24 10
                                    

Haiii semuanya!!!
Akhirnya aku up lagi.

Jangan lupa vote dan komen!

Follow aku juga.



Happy reading....

🌼🌼🌼







"Kamu lebih baik berhenti, Mas. Berhenti sekarang!"

Keano menyeringai. "Mami kira dengan merusak bukti-bukti itu, udah nggak ada bukti lagi?"

"Keano!" gertak Bu Marina disertai gebrakan meja yang suaranya menggema di seluruh penjuru ruangan. 

"Semua bukti-bukti udah aku copy, Mi. Pak Johan yang bantuin Mami menghilangkan barang bukti kecelakaan itu udah ditangkap. Dan Bu Nisrina udah ngasih keterangan kalau pernah membeli kunci jawaban seleksi GSO dari Mami. Bu Nisrina dan Violyn udah melakukan konferensi pers setelah Pak Johan ditangkap."

"Bukannya Violyn masih… "

"Violyn udah sadar, Mi. Seharusnya Mami seneng dia masih hidup. Kalau dia mati, Mami akan semakin menjadi monster yang menakutkan. Mami membunuh mental dia, sama aja Mami membunuh raganya. Mami lihat ini!"

Keano memperlihatkan tayangan konferensi pers melalui ponselnya. Dia juga memperlihatkan tayangan Johan yang tertangkap oleh kepolisian karena skandal menghilangkan bukti atas tindak pidana yang dilakukan oleh Bu Marina. Tayangan itu jelas saja memancing emosi sang kepala sekolah. 

Bu Marina menggebrak meja lagi. Bahkan lebih keras. "Mami melakukan semua ini demi kamu dan Darwin, Mas."

"Tapi sampai sekarang Mami nggak pernah mau ketemu Darwin," lirih Keano. Nada bicaranya merendah saat teringat Darwin. "Dia udah lama nungguin Mami. Tapi, Mami nggak pernah mau datengin dia."

Keano bisa melihat sorot mata Bu Marina yang mendadak sendu. Cairan bening mengumpul di sudut kedua matanya. Keano berharap ibunya akan luluh. 

"Darwin kadang bertanya-tanya kenapa Mami ninggalin kita? Kenapa harus minta cerai dari Papi? Kenapa keluarga kita harus berantakan kayak gini?" Ada sesak yang menghimpit dada Keano ketika melontarkan kalimat itu. 

"Kamu tahu kenapa mami ninggalin kalian?" balas Bu Marina. "Karena Mami nggak sanggup lihat Darwin kayak gitu. Mami selalu pengen nangis tiap lihat Darwin duduk di kursi roda dan nggak berdaya. Hati mami sakit lihat anak kesayangan mami menderita kayak gitu, Mas. Darwin kehilangan masa depannya. Darwin kehilangan mimpinya." 

Air mata Bu Marina akhirnya lolos. Ditatapnya intens netra Keano. Ibu dari dua orang anak laki-laki itu sempat membeku sementara sambil menahan kecamuk di dalam dirinya. Rasa sakit dan pilu akan kenyataan berhasil menembus palung hatinya. 

"Nggak ada ibu yang nggak sedih lihat anaknya menderita, Mas. Suatu saat nanti mami ingin mengembalikan impian dan cita-cita Darwin yang sempat hilang. Dan mami akan kembali untuk Darwin dan kamu. Percayalah, mami melakukan semua ini karena mami sangat menyayangi Darwin. Mami juga sayang kamu."

Jantung Keano berdetak lebih kencang. Entah karena kata-kata sayang dari ibunya. Atau karena dia malah sedih dengan ungkapan cinta yang tidak sesuai dengan kelakuan licik Bu Marina. Seorang ibu rela melakukan apa pun untuk membahagiakan anaknya. Tapi, caranya justru membuat Keano kecewa sekaligus marah. 

Suasana mendadak hening lagi. Ibu dan anak sulungnya itu sama-sama merasakan kesakitan batin yang luar biasa. Seumur hidup Keano, takdir yang paling tidak bisa dia terima adalah mempunyai ibu seorang kriminal. Ibu yang dulu sering dia banggakan lantaran sepak terjangnya di dunia pendidikan yang luar biasa. Dulu maminya terkenal sangat kreatif menerbitkan berbagai jurnal pendidikan. Maminya juga terkenal banyak menang kompetisi berkat inovasi pendidikan yang diciptakannya. Berbagai prestasi mengantarkannya jadi kepala SMA Cakra Buana. Hingga mendapat penghargaan dari menteri pendidikan. Ternyata semakin ke sini, maminya hanyalah seorang mafia. Lebih tepatnya mafia pendidikan. 

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang