36. Ingatan Masa Lalu

221 37 8
                                    

Holaaa!!!

Mana pembaca cerita ini?

Masih nungguin cerita ini gak?


Jangan pelit buat ngasih vote, komen dan follow!

🌼🌼🌼













Time is an equal opportunity employer. Each human being has exactly the same number of hours and minutes every day. Rich people can’t buy more hours. Scientists can’t invent new minutes. And you can’t save time to spend it on another day. Even so, time is amazingly fair and forgiving. No matter how much time you’ve wasted in the past, you still have an entire tomorrow. 

Kata-kata bijak Denis Weitley itu sampai sekarang masih dipegang teguh oleh Alfa. Cowok itu masih percaya bahwa semua kebusukan di SMA Cakra Buana ini akan terbongkar di waktu yang tepat. Alfa masih percaya bahwa hari esok itu akan tiba. Dia akan membuktikan bahwa keadilan masih ada di dunia ini. Meski dalam pembuktian ini harus melibatkan orang yang disayanginya. Iya, orang itu jelas Violyn. Alfa tahu akan ada kerugian yang akan ditanggung oleh Violyn. Namun, Alfa juga tidak bisa membiarkan cinta pertamanya tersesat lebih jauh. 

Besok akan dilaksanakan ujian seleksi ulang. Demi kembalinya Bu Ivony ke SMA Cakra Buana, semua anak-anak kelas Mendel rela mengikuti seleksi ulang sesuai permintaan Bu Ivony. Belajar adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua anggota kelas Mendel. Maka dari itu, hari ini Violyn menahan Alfa untuk pulang duluan setelah rapat ekskul agar mau belajar dengannya. Kebetulan rapat ekskul mereka sama-sama hari minggu. Terpaksa mereka ke sekolah saat weekend. Violyn mengajak Alfa belajar di kafe elit dan mengambil ruang reservasi eksklusif agar bisa lebih fokus. Tak tanggung-tanggung Violyn memesankan beberapa camilan dan minuman yang harganya jauh dari kata miring. Bagi Alfa ini sangat berlebihan. Tapi, dia juga tidak bisa menolak Violyn.

“Kita udah berjam-jam belajar di sini. Saatnya lo pulang dan beristirahat, Vio.”

“Jangan dulu. Gue belum paham sama extrachromosomal inheritance. Gue bisa gila kalau nggak paham ini.”

“Lo bakal lebih gila kalau maksa belajar terus kayak gini. Belum tentu juga extrachromosomal inheritance keluar di ujian. Udah, deh. Kita udahan aja belajarnya. Mending lo pulang, terus tidur.”

“Ini weekend. Gue mau manfaatin buat belajar,” sanggah Violyn. Masih belum puas jika tidak menghabiskan hari ini untuk belajar.

“Gue yakin semakin lama lo belajar, lo malah semakin stress. Dan lo bisa sakit. Performa otak lo nggak akan maksimal kalau dipaksain,” saran Alfa.

Violyn mendengkus pelan. Senyumnya terbit sekilas ketika menatap Alfa. “Lo khawatirin gue?”

“Ya jelas lah. Lo belajar kayak orang kesetanan.”

“Semua murid Cakra Buana pasti juga belajarnya kayak gini. Lo aja yang beda. Lagian lo murid pindahan dan udah terlahir jenius.”

Gantian Alfa yang mendengkus kesal.Violyn sangat kerasa kepala. Kadang Alfa berpikir apakah kepala gadis ini memang terbuat dari batu? Tapi, jelas itu tidak mungkin. Alfa tiba-tiba meraih buku-buku Violyn. Tangannya menutup semua buku itu dan memasukkannya paksa ke dalam tas Violyn. Tentu saja Violyn langsung melotot tajam. Ini namanya pemaksaan.

“Lo boleh belajar keras, tapi istirahat bentar. Kita pulang, ya!”ajak Alfa. Dibalasnya tatapan Violyn yang tajam itu. “Gue nggak mau lo sakit.”

“Tapi, Al…”

“Pulang gue bilang. Kesehatan lo lebih penting. Gue nggak mau lihat lo mimisan atau pingsan lagi gara-gara belajar sampai begadangan.”

“Gue kayak gini karena gue nggak yakin sama diri gue sendiri.”

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang