44. Si Peringkat 2

233 28 5
                                    

Halooo!!!

Aku up lagi ya. Jangan lupa vote dan komen!

Follow juga akun wattpadku!

Happy reading!!!


🌿🌿🌿






"Keano?"

Sepasang bola mata menatap kaget sosok pemuda di depan pintu rumahnya. Pemuda itu adalah darah dagingnya sendiri. Anak laki-laki sulungnya tercinta. Melihat Keano berdiri tegak menginjakkan kaki di rumahnya, tentu hal yang sangat langka. Marina kira Keano tidak akan mau mengunjunginya lagi.

"Hai, Mami," balas Keano sedikit canggung karena hubungannya dengan Marina selama ini sering tidak akur. "Aku boleh main di sini?

Marina langsung mengangguk. Tentu dengan senang hati akan menerima anak sulungnya kembali padanya. Marina di luar sekolah tetaplah ibu pada umumnya. Naluri keibuannya tetap mengatakan bahwa Keano masih pantas mendapatkan kasih sayang darinya. Meski Keano sering membangkang, tapi Keano tetaplah darah dagingnya.

"Boleh banget. Ayo masuk. Mami juga baru pulang dari sekolah."

Keano menuruti titah sang mami. Sudah lama dia tidak menginjakkan kaki di rumah ini. Tepatnya setelah Keano memaksa maminya menemui Darwin, lalu berujung pertengkaran karena Marina tetap tidak mau menemui Darwin. Selebihnya, Keano hanya menemui maminya di kantor kepala sekolah SMA Cakra Buana. Pertemuan di sekolah itu pun juga berujung pertengkaran.

"Kamu udah makan?" tanya Marina.

"Belum."

"Mau mami bikinin makanan ayam goreng kremes kesukaan kamu? Kebetulan ada stok ayam di kulkas," tawar Marina.

Keano mengangguk. "Boleh, Mi."

Setelah menunggu sekitar setengah jam, Marina menyajikan ayam goreng kremes kesukaan putra sulungnya. Matanya berbinar menatap si sulung yang makan dengan lahapnya. Sudah sangat lama juga tidak ada momen kehangatan antara ibu dan anak sulung itu. Makan malam bersama ini seperti momen langka untuk Keano yang notabene berstatus sebagai anak broken home.

"Ayamnya enak?" tanya Marina.

"Enak banget. Rasanya masih sama kayak dulu."

"Makan yang banyak, ya. Mami tambahin ya ayamnya."

Marina menambahkan satu potongan paha ayam laos lagi ke piring Keano. Sesuatu yang sudah lama tidak dilakukannya untuk anak-anaknya.

"Kamu kapan kembali ke UK?"

"Kalau libur musim panas di sana udah selesai."

"Udah ada bayangan mau lanjut kuliah di mana?"

Keano menggeleng pelan. Netranya menatap Marina ragu-ragu. "Belum tahu, Mi. Lagian aku lulusnya nggak tahun ini juga. Kan aku harus mengulang setahun di sana karena kurikulumnya beda."

"Segera dipikirkan kamu mau ambil kuliah di UK, US atau Jepang. Kamu harus masuk kampus yang jurusan biologinya terbaik. Kamu itu penerusnya Papi. Kamu akan menjadi profesor di usia muda seperti Papi."

Keano tersenyum lebar merespon ucapan Marina. Harapan besar Marina masih digantungkan pada pundaknya. Ingatan Keano terbang ke masa kecilnya. Sejak kecil Keano hidup diantara orang-orang ambisius. Papinya si profesor genetika dan molekuler selalu mendapat penghargaan atas temuannya. Papinya sering menjadi tamu di seminar-seminar dan kuliah tamu. Maminya juga sama saja. Sebelum menjadi kepala sekolah, Marina dikenal sebagai guru yang banyak menelurkan juara-juara olimpiade biologi. Hingga akhirnya dia diangkat menjadi kepala sekolah. Bahkan hingga dua periode Marina masih menjabat. Adiknya jangan ditanya lagi. Otak jenius Darwin mewarisi kedua orang tuanya. Keano masih kalah jika dibandingkan dengan Darwin.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang