2. Beban Violyn

687 76 3
                                    

Jangan lupa kasih vote dan comment ya.

Happy reading


Ayo nyapa Alfa dulu sebelum baca lanjutan cerita ini.

Ayo nyapa Alfa dulu sebelum baca lanjutan cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Violyn memasang tampang bosan saat menghadiri acara makan malam keluarga besar dalam rangka ulang tahun sang nenek. Pesta ini diadakan di salah satu restoran mewah yang ada di Jakarta. Oma sengaja menyewa restoran ini demi bisa berkumpul dengan keluarga besar. Bagi kebanyakan orang mungkin ini pemborosan, tapi untuk sultan semacam Oma acara seperti ini sangat wajar

Dilahirkan dari keluarga terpandang, kaya dan berpendidikan tinggi katanya takdir yang sangat menguntungkan untuk seseorang. Hanya dengan harta berlimpah dan intelektual tinggi seseorang bisa mendapat kedudukan yang istimewa di mata masyarakat. Seperti keluarga Danupraja yang dikenal sebagai keluarga konglomerat dan jenius sampai tujuh turunan pun tidak akan habis. Keluarga Danupraja itu mayoritas dokter- dokter sukses. Salah satunya Wisnu Danupraja, ayahnya Violyn.

Setiap kali ada acara makan malam keluarga besar yang dibahas pasti seputar karir pekerjaan, prestasi anak-anak mereka di kampus, atau progress Violyn untuk masuk kedokteran di universitas ternama. Namun, semua itu justru membuat Violyn tertekan.

"Wisnu, gimana kerjaan kamu?" Oma memulai obrolan memuakkan itu. Beliau bertanya pada papanya Violyn.

"Lancar, Ma."

Lalu Oma melirik Fero, cucu tertuanya yang kedua. Lebih tepatnya sepupu Violyn. "Fero skripsinya gimana?"

"Udah sidang, Oma. Tinggal yudisium aja."

"Kamu pasti jadi lulusan terbaik, ya. Kamu kan selalu dapat IPK cumlaude. Oma selalu bangga sama kamu," puji Oma pada Fero yang notabene mahasiswa kedokteran UI. Mantan juara 1 GSO empat tahun lalu.

"Kamu koasnya gimana Dion?" Kini Oma ganti bertanya pada cucu tertuanya yang pertama.

"Lancar, Oma. Bentar lagi UKMPPD."

Dan seperti itulah kira-kira pertanyaan-pertanyaan yang akan keluar dari mulut Oma untuk cucunya. Violyn sudah menduga ia pasti akan mendapat pertanyaan semacam itu juga. Cucu Oma yang masuk kedokteran memang jebolan kelas Mendel semua ketika bersekolah di SMA Cakra Buana.

"Violyn?" panggil Oma.

"Ya, Oma."

"Kenapa kamu nilai try out kamu di bimbel turun? Kalau seperti ini, mana bisa kamu masuk kedokteran. Cucu-cucu Oma yang lain nggak pernah turun nilainya. Kamu bodoh!"

Violyn mengembuskan napas kasar. Bukan hanya mamanya yang mengatainya bodoh, tapi neneknya juga.

"Ma, nilai Violyn nggak akan turun lagi di try out selanjutnya. Saya bisa pastikan nilai dia bakal naik. Violyn juga masih les privat di Ernest, Ma." ujar Nisrina memberi pembelaan kepada putrinya. Meski Violyn tahu pembelaan itu agar mamanya tidak malu di depan yang lain.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang