8. Dua Sisi

374 59 11
                                    

Tolong bantu cek typo, ya. Jangan lupa vote dan comment. Jangan lupa follow akun wattpadku.

Happy reading 😊

💞💞💞

Keesokan harinya Bu Marina memanggil kembali Alfa, Violyn dan orang tua keduanya. Bu Ivony sudah menyiapkan laptop dan flash disk yang berisi rekaman CCTV di perpustakaan. Semua mata terfokus pada layar LCD laptop ketika video rekaman CCTV itu diputar. Sampai beberapa detik terputar, ketika Violyn dan Alfa datang rekamannya malah rusak. Bu Ivony sendiri belum sempat melihat sebelumnya. Beliau hanya meminta dari tim tatib tanpa memeriksanya lebih dulu apakah rekaman itu rusak atau tidak.

“Tidak ada yang bisa dibuktikan,” kata Bu Ivony seraya menghela napas pelan. Beliau sendiri sebenarnya juga penasaran siapa yang plagiasi diantara keduanya.

“Baiklah, tapi jangan langsung menyalahkan anak saya. Alfa saya masukkan ke sini agar kemampuannya semakin berkembang karena sekolah ini unggulan. Jangan sampai tujuan saya menyekolahkan Alfa di sini justru berujung merusak mentalnya karena tuduhan tanpa bukti akurat,” tegas Bunda Saras. Bu Marina hanya menanggapinya dengan senyuman.

“Terus Anda mau bilang anak saya yang plagiat?” balas Nisrina sengit. Tidak terima anaknya juga dituduh plagiat. 

“Saya nggak bilang anak Anda plagiat. Saya hanya ingin sekolah ini lebih objektif dalam menindaklanjuti permasalahan seperti ini.”

Bu Marina mengembuskan napas pelan. “Baiklah, tenang semuanya. Saya akan memberikan solusi yang tidak akan memberatkan Bapak dan Ibu semuanya. Bagaimana kalau Alfa dan Violyn diikutkan semua dalam lomba essay itu.”

“Nggak, Bu. Semua orang sudah terlanjur tahu masalah ini. Akan menimbulkan kegaduhan lagi kalau kami berdua diikutkan semua. Lagian aturan semula hanya satu orang yang mengikuti lomba. Itu nggak adil buat siswa yang sudah membuat essay dengan sepenuh hati. Hingga menguras pikiran, waktu dan tenaga. Saya mengundurkan diri saja,” kata Alfa final.

“Alfa! Kalau kamu ngundurin diri, sama aja kamu mengakui kalau kamu plagiatornya,” bisik Saras tidak terima dengan keputusan Alfa.

“Bun, dari awal Alfa nggak tertarik sama lomba ini. Buat apa juga, sih, Bun?”

“Alfa….”

“Bunda, tolong hargai keputusan Alfa buat mundur.”

Saras akhirnya mengangguk pasrah. Diaa tahu anaknya mengundurkan diri bukan karena alasan tidak tertarik, tapi karena Alfa memang mengalah. Anak itu tidak mau memperpanjang masalah ini. Terlebih harus melibatkan ibunya juga.

“Biar yang lain aja yang ikut, Bun.”

Saras hanya bisa pasrah menerima keputusan Alfa. “Ya udah kalau gitu. Apa pun keputusan kamu, Bunda dukung.”

Violyn tiba-tiba mengangkat satu tangannya. “Bu, saya juga mau berhenti saja.”

Pernyataan itu membuat Bu Marina menatapnya nanar. “Lho, kok mendadak. Kenapa?”

“Saya juga tidak tertarik dengan lomba ini,” jawabnya singkat. 

“Violyn!” tegur Nisrina yang juga tidak terima anaknya mengundurkan diri.

“Ma, nggak usah maksa Violyn kalau Mama masih pengen lihat Violyn ada di kelas Mendel,” balas Violyn mengancam.

“Vio!”

Bukannya merespon, Violyn malah keluar dari ruang kepala sekolah dengan langkah terburu. Nisrina lantas juga undur diri untuk mengejar putrinya. Sementara Wisnu menatap Saras canggung. Saras yang menyadari itu langsung membungkukkan badannya sedikit. Memberi penghormatan kepada orang yang berdiri di hadapannya.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang