38. Impian

221 33 6
                                    

Holaaa!!!

Yeay, akhirnya bisa update lagi.

Jangan lupa vote dan komen!

Jangan lupa follow akun wattpadku juga!

Happy reading...

🌼🌼🌼











Dunia itu kita pijak ini sesungguhnya lebih banyak membuat langkah kita terseok-seok. Mungkin kata-kata itu memang benar. Untuk mencapai sesuatu yang seseorang inginkan, maka seseorang tersebut harus menempuh jalan yang banyak ranjau dan duri-durinya. Terlalu banyak luka menganga di setiap langkah. Keano paham sekali akan hal itu. Keano yang berusaha melangkah di jalannya sendiri, terpaksa harus berbelok arah mengikuti arah yang ditentukan orang lain. Tak mudah bagi Keano meninggalkan jalan yang ingin dilaluinya. Tak mudah bagi Keano untuk menempuh mencapai puncak yang diinginkannya. Semuanya tujuan hidupnya berubah karena suatu tragedi kecelakaan. Tragedi yang mengubah semua alur kehidupannya yang sudah dirancang sebelumnya. Keano meninggalkan mimpinya menjadi seorang fotografer demi mewujudkan mimpi adiknya dan kedua orang tuanya. Sebegitu berbaktinya seorang Keano. Meski rasanya hati dan jiwanya tidak bisa menerima takdir itu sepenuhnya.

“Mas?” seru seseorang yang tiba-tiba muncul di sebelahnya. 

“Eh, Papi. Ngagetin aja.”

“Ngapain bengong sendirian di sini?”

“Nggak apa-apa, Pi. Lagi nyari angin aja.”

“Kamu tuh bolak-balik UK ke sini apa nggak capek? Bukannya kamu bentar lagi udah masuk?”

“Nggak masalah, Pi. Selama aku pulangnya bisa ketemu Papi dan Darwin, aku nggak masalah harus bolak-balik,” balas Keano. Sepertinya pemuda itu tidak peduli sama sekali dengan jadwal sekolahnya di sana.

“Kamu jangan ngentengin sekolah kamu di sana. Nggak mudah bisa sekolah di luar negeri.”

Rasanya Keano ingin tertawa kencang mendengar pesan dari sang ayah. “Aku kan pindah ke sana buat nutupin aibnya Mami, Pi. Kalau aku tetap di sini dan orang-orang tahu bahwa juara 1 GSO tahun lalu adalah anak kepsek yang udah curang, pasti Mami akan dipaksa berhenti jadi kepsek. Mami pasti diprotes orang banyak.”

“Kamu jangan nuduh Mami sembarangan.”

“Aku tahu semuanya, Pi. Mami bersikeras ngirim aku ke luar negeri karena nggak mau jejak kejahatannya terendus.”

“Kamu salah. Mami mengirim kamu ke luar negeri untuk melindungi kamu.”

“Maksud Papi apa? Papi tahu sesuatu?” tanya Keano. Dahinya mengernyit bingung.

“Mami sengaja melakukan itu karena nggak ingin kamu dikejar orang banyak saat kecurangan itu terungkap. Itu untuk menghindarkan kamu dari kejaran media. Dia menyembunyikan kamu untuk melindungi kamu. Tapi, menurut Papi, apa yang Mami kamu lakukan tetap salah. Dia nggak mendidik kamu untuk jadi orang yang bertanggung jawab. Itu yang Papi nggak suka. Makanya papi milih nggak akan kembali sama Mami apa pun yang terjadi.”

Keano tersenyum getir. “Papi tuh kayaknya dapat jodoh yang nggak tepat, ya, dulu. Sekarang jadinya bukan jodoh Papi.”

 “Dia dulu beda. Nggak seperti ini. Papi juga nggak ngerti kenapa dia jadi kayak gini.”

“Aku juga nggak ngerti kenapa Mami nggak mau ketemu Darwin sama sekali. Padahal dulu Mami sayang banget sama Darwin. Bahkan kayaknya lebih sayang Darwin daripada aku.”

“Karena tiap ketemu Darwin, dia pasti akan nangis. Dia nggak tega lihat anak kesayangannya harus kehilangan masa depannya. Tapi, dia memang nggak pernah menampakkan kesedihannya.”

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang