13. Sebuah Kunci

310 47 7
                                    


Jangan lupa vote dan komen.

Jangan lupa follow akun wattpad aku ya.

Happy Reading...



Salam dari Alfa.

Salam dari Alfa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Orang bilang jenius itu beda tipis dengan gila. Gue jadi inget kata-kata itu gara-gara lo," ujar Alfa yang kini berdiri di sebelah Violyn.

Kedua remaja kelas 11 MIPA itu menghabiskan sisa jam istirahatnya di atap sekolah. Memang suasana di atas agak panas, tapi untungnya semilir angin cukup berhembus kencang hingga menerbangkan beberapa helai rambut panjang Violyn.

"Orang yang bisa masuk SMA Cakra Buana itu cuman orang gila. Kita semua di sini dipaksa mendapat skor tinggi buat lulus ujian masuk. Lo pernah ngerasain sendiri, kan. Bahkan dulu gue pernah nggak tidur selama 24 jam cuman buat belajar ujian masuk SMA Cakra Buana. Udah bisa masuk pun, ujian yang lebih berat datang bertubi-tubi. Kita dituntut punya otak yang sempurna. Kita dicetak menjadi gila oleh guru-guru yang juga gila dan kepala sekolah yang lebih gila. Orang tua para murid pun juga sama gilanya. Gue rasa semua murid di sini keturunan orang gila," balas Violyn sarkas.

Alfa tidak membantah argumen itu. Sekolah ini telah membuatnya kehilangan sahabat seperti Reynald. Sekolah ini telah merenggut haknya di masa lalu. Hak yang sebenarnya ingin dia perjuangkan setelah berhasil menjadi murid sekolah ini. Benar sekali, sekolah ini memang dipenuhi orang-orang gila.

"Lo nggak mendebat argumen gue?" tanya Violyn. "Biasanya lo orangnya naif."

Alfa menggeleng. "Neuregulin."

Violyn tersenyum tipis. "Gue kayak pernah denger itu. Itu gen bukan, sih?"

Alfa mengangguk. "Itu gen yang berperan dalam perkembangan otak. Tapi gen itu juga berhubungan sama beberapa penyakit mental kayak skizofrenia dan gangguan bipolar. Jadi, pendapat lo nggak salah, sih."

Violyn tersenyum sumir. "Jujur gue takut semakin gila punya saingan kayak lo, Al. Lo itu saingan yang paling berat, bahkan lebih berat daripada saingan gue yang dulu."

"Siapa?" tanya Alfa.

"Keisha sama Kak Keano."

"Hmm, kalau Keisha gue udah pernah denger namanya. Kalau Keano...." Alfa menggantungkan kalimatnya.

"Keano Harvey Zakaria. Dia kakak kelas gue yang tahun lalu dapetin medali emas GSO bidang biologi. Dia berhasil ngalahin gue yang cuman jadi juara 2. Dia juga yang akhirnya keterima beasiswa di UK gara-gara prestasinya itu."

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang