29. Mulai Terbongkar

267 40 11
                                    

Haloooo!!!

Akhirnya aku update ya. Makasih yang udah nungguin cerita dengan sangat sabar. Maaf kalau aku lama banget update. Pasca pandemi aku udah kembali berkutat dengan berbagai kesibukan di dunia nyata. Jadi, aku nulis kalau lagi sempat dan lagi mood aja.

Jangan lupa vote, komen dan follow.

Salam dari anak ambis tapi kelihatan santuy.

Salam dari anak ambis tapi kelihatan santuy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Apa Mama bilang? Jadwal les aku ditambahin lagi?" tanya Jesselyn dengan intonasi yang sedikit ditekan.

"Iya," jawab singkat singkat mamanya dari telepon.

"Tapi, Ma. Jadwal belajar aku kan udah padat. Masa mau ditambah lagi?" Jesselyn masih belum percaya sang ibu mau menambah jadwal lesnya.

"Iya, Jesse. Kamu perlu les banyak biar bisa jadi perwakilan sekolah di ajang GSO. Kamu pengen lihat mama bangga, kan?"

"Iya, Ma." Pada akhirnya Jesselyn hanya bisa menurut. Dia lelah berdebat dengan mamanya. Perdebatannya selalu tak pernah berujung baik padanya. Orang tuanya masih berusaha membuat dirinya sama seperti Veronica. Padahal mereka dua individu yang berbeda.

"Les privat kamu yang baru bakal dilaksanakan mulai weekend ini. Lebih tepatnya hari minggu."

"Tapi kan weekend aku butuh istirahat juga, Ma. Hari sabtu yang harusnya libur udah dipakai les juga. Masa hari minggu aku tetep belajar? Nggak bisa hari lain apa?"

"Hari minggu sepulang dari gereja kamu siap-siap les. Mama udah milih tentor terbaik buat kamu."

"Tapi, Ma?"

"Kamu mau mama dan papa bangga, kan? Selama mama nggak di rumah, mama tahu kamu beberapa kali ke club. Mama juga tahu kamu pernah minum. Jadi, jangan ngebantah mama lagi!" tukas sang mama dari telepon. Benar, kan. Percuma berdebat. Toh, sekecil apa perdebatan antara Jesselyn dan mamanya akan berujung sia-sia. Jesselyn tidak punya kuasa apa pun.

"Mama tahu dari mana soal itu?"

"Mama punya banyak mata-mata di luar sana. Kamu jangan jadi anak berandal kalau mau diakui mama dan papa."

"Iya, Ma."

"Kamu bisa nggak sih jadi anak cewek yang nggak macem-macem kayak Vero? Kakak kamu nggak pernah main ke tempat aneh-aneh kayak gitu. Kamu mau jadi apa main ke club? Malu-maluin mama aja. Mama akan menghapus nama kamu dari KK kalau kamu masih main ke tempat laknat kayak gitu."

"Iya, Ma. Maaf."

Setelah terlontar jawaban itu, sambungan telepon pun terputus.

***

Jesselyn sudah kembali bersekolah setelah bedrest selama tiga hari pasca pulang dari rumah sakit. Jika ditotal berapa lama Jesselyn tidak masuk sekolah, jumlahnya selama seminggu. Gadis yang sudah sehat dari dehidrasi dan anemia itu akhirnya bisa menginjakkan kaki di SMA Cakra Buana. Usai mengikuti pelajaran fisika di kelas XI MIPA 3, gadis itu berjalan menuju ke gedung kelas olimpiade. Sudah lama dia tidak mengikuti bimbingan GSO di kelas Mendel. Belum sampai ke gedung kelas olimpiade, langkah Jesselyn terhenti ketika melihat Adien men-drible bola baket lalu memasukkanya ke dalam ring. Cowok itu bermain basket bersama Alfa. Mereka terus bermain tanpa mempedulikan terik matahari siang. Hari ini bimbingan kelas Mendel memang dimulai siang hari. Jadi, tidak heran jika kedua cowok itu menyempatkan main basket dulu sebelum perang otak di kelas Mendel.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang