50. Mereka yang Kehilangan

209 25 6
                                    

Haiii readers!!!

Aku up nih. Ada yang nungguin nggak?

Jangan lupa vote, komen dan follow!

Happy reading...

🌺🌺🌺





Mobil Keano berhenti tepat di depan rumah Alfa. Pemuda itu datang sendirian. Tekatnya sudah bulat ingin meminta maaf ke Alfa. Meski Keano tahu resikonya. Maminya sudah mengingatkan berkali-kali untuk tetap diam saja. Namun, Keano tidak bisa hidupnya terus dikendalikan oleh maminya. Apalagi kendali tersebut membuat hidup Keano tidak tenang. Begitu juga dengan adiknya yang terus merasa bersalah karena telah diam atas kesalahan sang ibu selama ini. 

Beberapa hari yang lalu Keano sempat perang batin. Keano menyayangi sang ibu lebih dari apa pun di dunia ini. Keano tidak ingin menyakiti maminya. Di sisi lain, Keano tidak mau maminya terus-terusan melakukan sesuatu di luar batas hanya untuk kepentingannya sendiri. Keano masih ingat pertemuan terakhirnya dengan maminya. Pertemuan yang berakhir dengan silang pendapat. Keano tidak bisa membuat maminya kembali menjadi sosok ibu berhati bidadari seperti masa kecilnya. 

"Di mana, sih?" gumam Keano ketika Alfa tidak mengangkat teleponnya. 

Keano menghela napas pelan. Diteleponnya kembali nomor Alfa. Apesnya tidak diangkat lagi. 

"Keano, kan?"

Keano menoleh ke sumber suara. Seorang wanita berdiri di belakangnya. Tak lama kemudian Alfa terlihat keluar dari mobil Adien. Alfa sendiri juga kaget melihat Keano datang ke rumahnya. Alfa berjalan ke rumah setelah mobil Adien enyah. 

"Iya, Tante. Saya Keano. Kakaknya Darwin yang pernah main ke sini."

"Lo ngapain ke sini?" tanya Alfa dengan tatapan curiga. 

"Ya udah, ayo masuk!" ajak Bunda Saras sambil membuka pintu.

Keano mengekori Alfa masuk ke ruang tamu. Dia duduk di sofa seraya memandangi pigura foto yang pernah dijatuhkan oleh Darwin. Rupanya foto itu diganti dengan pigura baru. Keano merasakan dadanya nyeri melihat senyum anak kecil yang Alfa gandeng di foto itu. Anak tak berdosa itu harus meninggalkan keluarga tercinta akibat ulah maminya. Alfa dan ibunya juga pasti merasakan sakit hati yang mendalam telah ditinggalkan malaikat kecil itu dengan cara yang sangat  tragis. Darwin kecelakaan tidak sampai merenggut nyawanya saja sudah membuat hati Keano perih. Apalagi Alfa yang adiknya kecelakaan sampai nyawanya hilang, pasti meninggalkan luka mendalam. Pasti bekas luka itu tidak akan pernah hilang sampai kapan pun. Maminya telah menghancurkan kebahagian keluarga kecil ini. Maminya menghancurkan dunia Alfa dan ibunya. 

"Diminum dulu, Keano."

Bukannya meminum teh hangat itu, Keano malah turun dari sofa. Tiba-tiba meraih tangan Bunda Saras dan berlutut di hadapan beliau. 

"Maaf, Tante. Saya minta maaf sebesar-besarnya," ucapnya sendu. Air mata Keano tiba-tiba bercucuran. 

"Minta maaf buat apa?"

"Maaf, Tante. Saya… minta maaf." Keano terasa berat sekali untuk mengungkapkan apa yang terjadi di masa lalu. Paru-paru Keano rasanya menyempit hingga meninggalkan sesak yang luar biasa. 

"Kamu minta maaf karena udah mencurangi Alfa di GSO tahun lalu? Kalau itu, Insya Allah tante sudah memaafkan. Bahkan sejak pertama kali Alfa cerita kalau yang mencurangi dia adalah kamu, Tante nggak menyimpan dendam."

Bukannya menjawab. Isakan Keano justru semakin kencang. Tangan Bunda digenggamnya erat. Kepala Keano menunduk dalam. Rasanya malu dan bersalah bercampur aduk menjadi satu. Tangisnya semakin pecah. Alfa menatap nanar punggung Keano yang bergetar hebat. 

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang