45. Ditampar Kenyataan

257 27 3
                                    

Haloo!!!

Aku up lagi ya. Jangan lupa vote dan komen!

Follow juga akun wattpadku!

Happy reading!!!

🌿🌿🌿





Bingung, perasaan itu yang sedang dirasakan Violyn. Di satu sisi dia senang mendapat peringkat 2 lagi. Di sisi lain dia takut ada campur tangan mamanya dalam penilaian seleksi GSO. Violyn memang mengerjakan semua soal sendiri tanpa kunci jawaban. Namun, perasaan khawatir ada manipulasi atas peringkatnya hinggap di kepalanya begitu saja. Violyn tahu sepak terjang ibunya di sekolah. Wanita yang telah melahirkannya itu mampu melakukan apa pun untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.

"Lo dapet rank 2 kenapa malah bengong? Woy, Violyn?" seru Alfa menyadarkan Violyn.

"Siapa yang bengong!"

"Lo lah. Tuh es krim leleh lama-lama lo tinggal ngelamun. Atau mau gue suapin?" tawar Alfa disertai kekehan ringan. Senang bisa menggoda Violyn.

"Gue bisa makan sendiri. Lo nggak usah repot-repot." Violyn menolaknya tegas.

Gadis itu melahap es krim vanilanya. Sebagai apresiasi karena Violyn mendapat peringkat 2 di seleksi GSO, Alfa mentraktir gadis itu es krim. Mereka duduk di sebuah kedai es krim terkenal. Suasana sore dan manisnya es krim menjadi penutup yang indah untuk hari yang cukup membuat pikiran mereka lelah. Violyn menyukai tempat pilihan Alfa. Tempat bernuansa vintage ini punya halaman yang cukup luas dan ada kolam ikan koi beserta air terjun mini di bagian sisi dindingnya. Violyn dan Alfa duduk di dekat air terjun mini itu. Suara percikan air terasa damai untuk jiwa mereka yang dipenuhi rasa kejenuhan tingkat tinggi.

"Kedai es krim ini tempatnya enak, kan?" tanya Alfa.

"Iya. Kok lo bisa nemu tempat ini?"

"Pernah viral di Tiktok. Makanya gue penasaran. Terus ngajak lo ke sini. Biar lo nggak stress gara-gara mikirin GSO."

"Makasih lo udah perhatian banget sama gue. Orang tua gue aja nggak pernah memperhatikan kondisi psikologis gue."

"Kan gue pengen jadi orang yang bisa lo jadiin sandaran. Makanya gue perhatian sama lo."

Violyn mendecih pelan. "Basi banget gombalan lo. Sesekali lo perlu baca buku cara jitu merayu cewek. Jangan baca fisiologi Sherwood terus!" ledek Violyn membuat tawa Alfa mengudara.

"Tapi serius gue emang ngarepin lo jadi pacar gue."

"ALFA!" semprot Violyn. Sikap Alfa terlalu blak-blakan. Orang jenius memang out of the box, ya."

"Jangan marah, dong. Udah di tempat bagus kayak gini harusnya lo tampil yang anggun."

"Apaan, sih?"

"Harusnya lo seneng. Bukannya malah bengong nggak jelas."

"Gue masih ragu aja sama peringkat gue. Kira-kira Mama ikut andil nggak ya sama hasil gue?"

"Lo yakin ngerjain sendiri, kan?"

Violyn mengangguk. "Gue ngerjain sendiri tanpa dikasih kunci jawaban."

"Gue juga yakin lo ngerjain sendiri. Apalagi Bu Ivony yang turun tangan langsung ngurusin seleksi."

"Ya semoga."

"Kapan kita mulai gerak ngelawan Bu Marina?"

"Secepat mungkin. Besok?"

"Boleh. Tapi, gue kasih tahu Reynald dulu."

"Terserah lo, deh."

"Es krimnya udah abis. Udah sore banget. Pulang, yuk!" ajak Alfa. Violyn menyetujuinya.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang