43. Membobol Data

224 31 3
                                    

Haiii!

Aku update, nih.

Siapa yang nungguin?

Jangan lupa vote, comment, follow!

Jangan gengsi buat vote, comment dan follow!



Happy reading...



🌺🌺🌺





Alfa membuka pintu kamarnya dengan keadaan berseragam rapi. Langkah kakinya berjalan menuruni tangga menuju lantai 1. Kemarin Alfa menginap di rumahnya Reynald dan baru pulang ke rumah pagi setelah subuh. Alfa pulang disambut raut cemas sang bunda. Kalau saja Alfa bukan anak yang berbakti, pasti dia tidak akan pulang ke rumah secepat ini. Mau bagaimana pun, hati keras Alfa bisa mendadak jadi jelly kalau sudah berhadapan dengan bundanya.

"Kamu mau langsung berangkat?"

"Iya, Bun," jawab Alfa singkat.

"Nggak sarapan dulu?"

"Nggak." Lagi-lagi Alfa hanya menjawabnya singkat.

"Tunggu sebentar." Sang ibu menahannya dengan memegang satu lengannya. "Bawa bekal aja, ya. Bentar bunda ambilin. Udah bunda siapkan, kok."

Alfa menghelas napas pelan. Dia menuruti saja kata bundanya meski emosinya kemarin belum tuntas sepenuhnya. Tak berselang lama kemudian, Bunda datang membawa kotak Tupperware berisi makanan untuk Alfa. Seperti biasanya, wanita itu sangat cekatan menyiapkan kebutuhan Alfa ketika akan berangkat sekolah.

"Ini bekal kamu. Bunda udah masakin ayam kremes kesukaan kamu."

"Makasih."

Bunda tiba-tiba memegang kedua pundak Alfa. Netra jernihnya menatap sang buah hati lekat-lekat.

"Maafin bunda, Alfa. Bunda emang salah. Seharusnya bunda cerita ke kamu soal uang teh itu sejak awal. Tapi, bunda bayar uang teh itu agar kamu bisa masuk kelas Mendel. Bukan kah untuk mengungkap kebenaran, kamu perlu masuk kelas Mendel?"

Sekali lagi Alfa menghela napas pelan. "Alfa udah maafin Bunda. Ya udah Alfa berangkat dulu, ya, " pamit Alfa dengan senyuman tipis

"Al... Bunda sayang kamu. Apa pun yang kamu inginkan, bunda akan mendukung kamu. Sekali pun dengan cara yang nggak kamu inginkan. Bunda juga seperti ibu-ibu lainnya yang punya harapan besar pada anaknya. Dan Bunda nggak mau kamu dicurangi lagi setelah masuk SMA Cakra Buana. Dan dengan cara ini kamu bisa aman."

"Bunda... "

"Uang bisa dicari lagi. Kamu ngerti kan kenapa bunda rela ngeluarin uang itu buat kamu? Bunda masih beruntung cuma bayar uang teh buat kamu masuk kelas Mendel. Bunda nggak bayar SPP dan uang gedung. Kamu nggak usah mikir berat-berat."

Alfa meraih kedua tangan bundanya. Digenggamnya erat tangan yang sudah mulai berkerut itu.

"Aku maafin Bunda. Tapi, lain kali jangan ngelakuin hal bodoh kayak gitu lagi. Aku yakin bisa masuk dan bertahan di kelas Mendel tanpa harus bayar uang teh."

"Kalau yang lain curang, kita juga bisa melakukannya ... sesekali, kan?"

Alfa berdehem singkat. "Dulu waktu aku masih kecil, Bunda pernah bilang kalau kejujuran itu mahal. Tapi kenapa sekarang Bunda sendiri bohongin aku. Hmm, aku masih nggak habis pikir. Tapi mau gimana pun, aku nggak mau jadi anak yang durhaka. Aku cuman punya Bunda."

Alfa mengatakannya dengan separuh hati yang remuk. Orang yang paling dicintainya ini tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan. Meski masih jengkel, Alfa akan tetap memberi maaf kepada bundanya.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang