19. Upset

283 49 4
                                    

Halooo!

Akhirnya setelah sekian lama, aku update juga. Semoga tetep inget cerita ini ya.

Jangan lupa vote dan komen.

Jangan lupa follow akun wattpad aku.

Happy reading!

Ada yang kangen Alfa nggak?

Ada yang kangen Alfa nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Lo serius nggak sih ... nggak pengen masuk kedokteran? Lo sendiri jujur nggak?" tanya Violyn.

"Harus banget gue jawab?" balas Alfa malah ganti bertanya.

"Iya lah. Gue kan penasaran."

"Terus kalau gue jawab, faedahnya apa buat lo?" tanya Alfa ganti.

"Gue bisa tahu peluang gue masuk FK UI."

"Gue nggak akan masuk ke sana," jawab Alfa cepat.

Violyn semakin penasaran. "Terus lo mau kuliah di mana?"

Alfa mengedikkan bahu. "Belum tahu. Belum kepikiran. Kalau pun masuk kedokteran, gue nggak akan masuk UI."

"Tapi lo kandidat ranking 1. Meski nggak sekampus. Tetep aja posisi gue nggak aman karena semester depan gue kayaknya nggak akan bisa jadi ranking 1 lagi," kata Violyn pesimis.

Alfa menelan satu sendok es krim yang tersisa di cup. "Kok udah skeptis duluan? Kan belum dicoba."

"Iya lah. Secara saingannya jadi ranking 1-nya lo. Mana bisa gue ngalahin lo yang punya IQ 141."

Alfa terkekeh pelan. Sebelum menimpali kalimat Violyn barusan, dia menyempatkan diri untuk menghapus noda es krim di sudut bibir Violyn. Demi Tuhan, dada iolyn bergemuruh kencang.

"Baper lo?" kata Alfa spontan.

"Enggak!" balas Violyn sambil menjatuhkan tangan Alfa dari wajahnya.

"Kok nge-blush?" goda Alfa.

"Gue emang pake blush on. Puas lo?" sengak Violyn yang sebenarnya hanya beralibi.

"Gue laporin BK aja besok. Kan nggak boleh pake make up menor di sekolah."

Violyn tiba-tiba mencubit lengan Alfa. Seketika Alfa mengaduh. Beberapa orang yang melihat pertikaian kecil diantara keduanya memandangi mereka.

"Arghh! Sakit, Vio!"

"Rasain! Makanya jangan cepu!" Violyn masih belum melepaskan cubitannya.

"Iya. Ampun, deh. Ampun."

Dan akhirnya Violyn melepaskan lengan Alfa. Cowok itu langsung mengelus dan meniup-niup bekas cubitan di kulitnya yang memerah.

"Ini namanya penganiayaan," protes Alfa.

"Lo yang mulai. Gue nggak pake blush on juga. Mau dilaporin ke BK." Violyn masih dalam mode galak.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang