BAB 5 : GREGORY LUVIUS

170K 22.4K 1.1K
                                    

*Flashback siang

Diruangan yang dipenuhi oleh buku-buku serta dokumen-dokumen yang tertata rapi di rak nya masing-masing, seorang pria berperawakan tegap sedang duduk di meja kerjanya sembari mengecek dokumen-dokumen yang terlihat tak ada habisnya.

Tok tok tok... suara ketukan pintu terdengar oleh si pria yang sedang mengerjakan tugasnya.

"Masuk," ucapnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang ia periksa

"Permisi tuan Marquess," ucap seseorang yang ternyata adalah ajudan pribadi Marquess Gregory Luvius, ayah dari Natasha. "Hamba ingin melaporkan mengenai pasukan kediaman Luvius yang akan ikut serta ke garis depan di peperangan melawan kerajaan Veron 1 bulan yang akan datang," terang sang ajudan.

"Jelaskan, Mark." balas Marquess lagi-lagi dengan kata singkat padat dan kurang jelas.

Setelah itu, sang ajudan bernama Mark itu menjelaskan semua laporan tentang perang yang akan dilakukan oleh kerajaan Levant dengan kerajaan Veron 1 bulan yang akan datang.

Didalam novel memang tidak dijelakan secara spesifik mengenai peperangan yang akan terjadi antara kerajaan Levant dengan kerajaan Veron sebab peperangan ini berlangsung 2 tahun sebelum cerita dimulai.

Satu-satunya penjelasan mengenai perang ini yaitu, peperangan ini akan berlangsung selama dua tahun dan akan dimenangkan oleh kerajaan Levant dan Leon Granbell akan membalaskan dendam kedua orang tuanya dengan mengalahkan ribuan pasukan kerajaan Veron seorang diri. Perang ini akan menjadi perang pertama Leon setelah ia menggantikan kakeknya menjabat sebagai Grand duke Granbell 1 tahun yang lalu.

Untuk keluarga Luvius sendiri, sebenarnya kalaupun mereka diberi titah untuk maju ke garis depan dalam peperangan yang akan datang, mereka tidak akan keberatan sama sekali mengingat sihir sang Marquess dan tuan muda Luvius yang merupakan sihir bayangan juga termasuk dalam jajaran yang terkuat di kerajaan Levant.

Namun raja terlampau cerdas mengingat kerajaan Veron adalah kerajaan yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan peperangan, jadi ia menitahkan beberapa keluarga bangsawan serta orang-orang kuat di kerajaan Levant untuk tetap tinggal di ibukota dan kota kota lainnya di kerajaan Levant guna mewaspadai adanya penyerbuan ke kerajaan Levant, dan salah satu keluarga yang tidak diikutsertakan ke medan perang adalah keluarga Luvius meskipun mereka tetap harus mengirimkan pasukan untuk membantu para pejuang di garis depan.

Setelah sang ajudan Mark menjelaskan panjang lebar mengenai laporan peperangan.

"Baiklah, urus semua persiapan dan minta pada pemimpin pasukan Luvius untuk melatih pasukan lebih keras lagi, pastikan untuk meminimalisir korban jiwa di peperangan nanti," putus Marquess yang akhirnya berbicara lebih dari dua kata.

"Baik tuan, kalau begitu hamba permisi," izin Mark untuk meninggalkan tuannya agar ia dapat fokus bekerja kembali.

Sebelum Mark membuka pintu ruang kerja Marquess, suara Marquess yang terkesan dingin menghentikan langkah Mark.

"Bagaimana kondisi anak itu?" tanya Marquess Gregory.

"Maaf tuan?" tanya balik Mark yang masih belum mengerti subjek yang tuannya tanyakan.

"Natasha," jawab Marquess singkat dengan raut muka yang mendingin setelah menyebutkan nama perempuan yang sudah membunuh istri tercinta yang sayangnya adalah putri kandungnya.

"Nona muda sudah siuman sejak 3 hari yang lalu, dan hamba mendengar kabar bahwa sifat nona menjadi berbeda semenjak ia sadar," jawab Mark yang akhirnya tahu siapa yang dimaksud oleh tuan Gregory.

"Berbeda? Bagaimana?" tanya Marquess kembali yang entah mengapa ada sedikit rasa penasaran kepada putrinya yang bahkan sama sekali tidak pernah ia anggap.

"Untuk itu, hamba kurang tahu tuan, tapi beberapa pelayan mengatakan bahwa nona muda sekarang menjadi lebih lembut dan terkadang memancarkan aura yang melankolis," terang Mark sepengetahuannya.

Setelah mendengarkan penjelasan Mark. "Baiklah, kau boleh pergi," titah sang marquess kepada ajudannya.

"Baik tuan, saya permisi," pamit Mark kembali yang ia harap tuannya tidak akan menghentikannya lagi kali ini.

"Mark."

Dewa Pyros, mengapa sangat sulit untuk mencari uang di dunia ini. Batin Mark dengan wajah kesalnya dan menggantinya dengan senyuman profesional seraya berbalik.

"Apa ada yang tuan butuhkan lagi?" tanya Mark dengan senyuman profesional namun masih terlihat raut kesal di wajahnya.

"Aku ingin beristirahat sejenak, untuk itu gantikan aku mengerjakan dokumen ini," perintah Marquess Gregory pada Mark sambil melenggang pergi tanpa melirik ajudannya itu.

"Baiklah tuan, selamat beristirahat," ucap Mark dengan senyum 'termanisnya'.

.

Di Lorong yang luas dan megah dengan interior mewah berlapis emas dan berlian disana-sininya, seorang pria gagah dan tampan meski sudah berumur sekitar 40 tahunan berjalan untuk merileks kan pikirannya dari pekerjaannya sebagai Marquess yang tidak ada habisnya, pir aitu tidak lain dan tidak bukan adalah sang Jendral kerajaan Levant, Marquess Gregory Luvius.

Sedari tadi ia berjalan tanpa arah, yang ada dipikirannya saat ini adalah putrinya. Lucu memang, sejak kapan ia menyebut anak itu putrinya? Bahkan memikirkannya pun tidak pernah. Namun setelah mendengar penjelasan dari ajudannya, ia tidak bisa tidak penasaran dengan putrinya itu.

Apa ini salah satu caranya untuk menarik perhatian kami? Pikir sang Marquess dikuti dengan senyum remehnya.

Setelah berjalan cukup lama, entah mengapa saat ini Marquess Gregory menapakkan kakinya di depan kamar di ujung kastil yang ia ketahui dengan jelas siapa yang menempati kamar ini. Saat Marquess melihat sekitar, ia sedikit terkejut dengan suasana di wilayah ini sebab tempat ini terlampau sepi tanpa adanya penjaga dengan sedikit pelayan yang hanya membersihkan area sekitar.

Apa aku keterlaluan memperlakukan anak itu? Batin sang Marquess yang mulai ragu dengan kebenciannya pada putrinya itu.

Untuk menghilangkan keraguan itu, Marquess berniat pergi meninggalkan kamar sang putri yang sudah seminggu ini tidak mencoba bermanja dan mendekatinya lagi.

Saat Marquess hendak melangkahkan kakinya kembali keruang kerjanya, ia tidak sengaja mendengar pecakapan antara seseorang yang ia Yakini yaitu putrinya dengan pelayannya.

"Itu, saat nona berlari, nona tidak sengaja tertabrak kuda yang lepas kendali di jalan dan membuat nona tidak sadarkan diri selama 4 hari sebelum nona sadar 3 hari yang lalu," kata seseorang yang Marquess yakini adalah pelayan Natasha yang sedang menjelaskan tentang kejadian seminggu yang lalu.

"Setelah itu, bagaimana dengan ayah dan kakak?" tanya orang berbeda yang diyakini adalah putrinya

"Tentang itu..."

"ahh... tak apa Chloe, aku tahu," ucap sang putri yang terdengar sendu. "Aku baik-baik saja karena sekarang aku menyerah mendapatkan kasih sayang mereka," lanjutnya yang membuat Marquess sangat terkejut.

Apa benar yang diucapkan anak itu? Batinnya. Jujur entah mengapa hatinya sakit saat mendengar putrinya yang dulu selalu mencari perhatian padanya serta anak sulungnya sekarang memutuskan untuk menyerah melakukan itu.

"No-nona? Apa yang nona katakan? Hamba yakin suatu saat nanti tuan Marquess dan tuan muda akan menyayangi nona," tegas pelayan putrinya

"Terimakasih tapi sungguh aku sudah lelah Chloe, sekarang aku hanya akan hidup sesuai keinginanku agar tidak mengecewakan ibunda diatas sana yang sudah mengorbankan nyawanya hanya untuk melahirkan gadis payah sepertiku," ucap Natasha dengan sedikit keras namun terdengar sangat melankolis yang membuat hati Marquess semakin teriris.

Adriana, ayah macam apa aku ini? Batin marquess Gregory seolah sedang berbicara dengan mendiang istrinya.

Karena tidak kuat mendengar kepedihan dan keputusasaan putri satu-satunya itu, marquess Gregory segera pergi meninggalkan wilayah kamar Natasha secara diam-diam agar tidak disadari oleh putrinya. Untuk sekarang marquess rasa ia tidak sanggup jika bertemu dengan putrinya itu.

Namun yang tidak ia ketahui, Natasha si gadis ber atribut sihir sensorik sekaligus aktris terhebat dikehidupan sebelumnya sudah berhasil melancarkan aksinya.

THE HEARTLESS ANTAGONISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang