"K-k-kau! Beraninya kau mengganggu urusanku!" Seru Morris dengan lantang pada Xavier meski jiwa dan raganya kini merasa takut dengan aura yang dikeluarkan oleh pria itu.
Alih-alih menjawab, Xavier masih dengan tenang menahan sabit besar yang digenggam oleh sang raja kematian hanya dengan satu tangannya. Tidak, jika dilihat lebih dekat, ia menahan ayunan sabit itu hanya menggunakan telunjuknya saja.
"GRRRRR... Siapa kau manusia rendahan?" kata sang raja kematian yang akhirnya mengeluarkan suaranya yang sangat berat dan menyeramkan.
Dengan pandangan tajam dan menusuk Xavier menjawab. "Yang pasti seseorang yang bahkan jauh lebih tinggi daripada kau," ujarnya kemudian satu tangan yang ia letakkan dibelakang pinggangnya mengeluarkan sihir kegelapan dan melesatkannya kearah sang raja kematian yang membuat makhluk itu terpental cukup jauh.
"A-apa? Bagaimana bisa manusia biasa melawan sang raja kematian?" gumam Morris yang sekarang mulai cemas.
Setelah mengeluarkan sihirnya, Xavier membalikan badannya kearah Natasha yang kini sudah terduduk akibat mana nya yang terkuras setelah menggunakan alat-alat sihir yang tadi ia gunakan.
"Sayang, beristirahatlah sebentar. Biar aku yang mengurus serangga menjijikan ini," cakap Xavier kemudian pria itu mendaratkan tepukan lembut di kepala Natasha sembari berucap.
"Gadisku sangat hebat," ucapnya.
Natasha yang mendengar itu hatinya langsung menghangat dengan perlakuan Xavier. Kemudian ia mengangguk menyetujui ucapan Xavier. Bagaimanapun saat ini mana Natasha hanya tersisa sedikit lagi sebab alat sihir yang ia gunakan merupakan alat sihir paling maju dan hebat yang tentunya juga membutuhkan mana yang besar dari penggunanya.
.
Dilain sisi di bagian belakang istana, seorang gadis muda kini tengah berusaha mengobati sang raja kerajaan Levant dengan susah payah. Pasalnya, meskipun kemampuan sihir penyembuhnya bisa dibilang cukup bagus, tapi luka yang diterima oleh raja Argos cukup fatal yang membuatnya harus bekerja extra untuk menyembuhkan orang nomor satu di kerajaan ini. belum lagi ada seorang pemuda cerewet yang sedari tadi mengoceh tidak jelas bersamanya.
"Bagaimana jika nona tidak selamat?"
"Hemmm bagaimana jika raja ini juga tidak selamat? Apa yang harus aku katakan pada nona? Ah dia pasti berpikir aku tidak membawanya kepada Lyn dan malah membuangnya ke danau,"
"Ah tombakku lecet gara-gara si monster jelek tadi! Lihat saja, aku akan menginjak kepalanya. Humphh,"
Ocehan-ocehan terus keluar dari mulut pemuda berumur 16 tahun itu yang membuat Lyn menjadi sangat frustasi sebab ia jadi tidak bisa berkonsentrasi untuk memusatkan mana penyembuhnya pada sang raja.
"DIAMLAH KUCING BERISIK!" Teriak Lyn pada Lupus yang membuat pemuda itu langsung diam dan duduk di pojokan dengan kedua kakinya yang ditekuk seperti seorang anak kecil yang sedang sedih.
"Hemphhh... padahal kan sedari tadi aku tidak banyak berbicara," gumam Lupus.
Setelah beberapa saat, akhirnya luka sang raja telah berasil terobati. Meskipun tidak bisa dibilang 100% pulih, namun keadaan raja Argos saat ini sudah tidak dalam keadaan yang mengkhawatirkan lagi.
"Hufh, lukanya sudah tertutup. Andai saja para tabib istana datang membantu, pasti raja Argos akan sembuh lebih cepat," ujar Lyn.
"Yah bagaimana lagi, ruang penyembuhan sekarang sedang dikepung oleh para monster. Mereka seakan tahu kalau disana adalah tempat dimana tabib istana berkumpul," tukas Lupus membalas ucapan Lyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEARTLESS ANTAGONIST
Fantasy"Lagipula, gadis sepertimu...." "Benar-benar membuatku muak," seraya mengucapkan kata terakhir tersebut ia langung mengayunkan pedangnya kearah si gadis yang sudah terlihat tidak memiliki hasrat untuk hidup. Slashhh... Dengan sekali tebasan, kepala...