Di taman kediaman marquess Luvius saat ini, kedua insan yang untuk pertama kalinya bertemu setelah sekian lama saling memandang dan menilai satu sama lain dalam keheningan.
Sang gadis yang biasanya menampilkan raut wajah sendu dan menyedihkan kini terlihat sebaliknya. Ia saat ini terlihat dingin dengan aura yang elegan dan anggun namun tetap memberikan ketenangan.
Sedangkan sang pemuda yang biasanya bersifat dingin dan tidak tersentuh kini terlihat sedikit melembut, entah mengapa saat melihat dan dekat dengan gadis ini sekarang, yang ada dalam benaknya hanyalah ketenangan yang membuatnya harus berkonflik dengan batinnya sendiri mengingat saat ini masih ada gadis lain yang masih dan harus ia 'cintai'.
Selama aku menginjakkan kaki di dunia ini, marquess Gregory dan Nathaniel adalah orang dengan mana terkuat yang bisa aku rasakan dengan sihir sensorik milik Natasha asli.
Pria ini... bahkan kedua pria itu masih jauh dibawah kekuatan Leon. Hahahaha sial aku benci dominasi pria. Lihatlah apa yang akan kulakukan sialan. Batin Natasha.
Tidak, meskipun pria didepannya ini yang sialnya merupakan tunangan dari tubuh yang Jessica tempati saat ini memiliki kekuatan dan kapasitas mana yang sangat besar, namun tidak ada sedikitpun perasaan takut atau tertekan yang dirasakan oleh gadis itu.
"Salam tuan grand duke Leon, semoga dewa Pyros memberkatimu," ucap Natasha memberi salam terlebih dahulu kepada pemuda tampan didepannya ini sembari menundukkan kepala sesuai etika kebangsawanan.
"Salam nona Natasha, semoga dewa Pyros memberkatimu," salam kembali grand duke kepada Natasha sedikit membungkuk memberi hormat.
"Bukankah kau terlihat sangat berbeda dari kemarin aku melihatmu, nona Natasha?" ucap Leon membuka kalimat kembali sembari menduduki kursinya.
Ah ternyata mana kuat yang aku rasakan kemarin di distrik Burno adalah milik pria ini? Haha pantas saja mana ini terasa familiar. Batin Natasha menyadari bahwa kemarin yang melihat kejadian nyonya Ruby dari jauh adalah Leon.
"Entahlah, sifatku tergantung moodku," balas Natasha cuek mengikuti Leon duduk di kursinya.
Setelah keduanya duduk, Natasha melanjutkan pembicaraan. "Dan bukankah ini sedikit terlambat untuk mengunjungi tunanganmu, Leon?" Tanya Natasha langsung tanpa embel-embel tuan ataupun gelar yang dimiliki Leon yang membuat pemuda itu sedikit terkejut dengan keberanian Natasha. Hei bahkan bangsawan sekelas duke pun tidak berani memanggilnya hanya dengan nama secara langsung.
Setelah beberapa saat leon terkejut dengan keberanian Natasha, perlahan ia tersenyum misterius pada gadis didepannya itu sembari berucap.
"Kemarin kau terlihat sangat polos bak tulip yang baru mekar dari kuncupnya, sekarang kau terlihat sangat dingin bak musim salju dipertengahan bulan desember. Apakah moodmu bisa berubah sedrastis itu? Ataukah aktingmu yang terlampau bagus sehingga bisa mengelabui orang lain?" tanya Leon ber-smirk merasa menang dari Natasha.
Wajah Natasha masih dingin seperti sebelumnya meski mendengar perkataan Leon tadi. Setelah itu telapak tangannya ia arahkan ke wajahnya hingga menutupi wajah cantik dan mungil itu sepenuhnya. Lalu perlahan ia turunkan lagi telapak tangan itu seolah-olah seperti seseorang yang sedang membuka topengnya.
Wajah dingin yang daritadi Natasha perlihatkan dalam sepersekian detik berubah digantikan dengan wajah lembut disertai senyuman yang terlampau manis yang bahkan membuat Leon terpana walaupun hanya sesaat.
"Tidak semua orang diberkahi dengan kekuatan dahsyat yang bisa membuat mereka dapat bertahan hidup dalam situasi apapun,"
"Grand duke Leon Granbell," Ucap Natasha masih dengan mempertahankan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEARTLESS ANTAGONIST
Fantasy"Lagipula, gadis sepertimu...." "Benar-benar membuatku muak," seraya mengucapkan kata terakhir tersebut ia langung mengayunkan pedangnya kearah si gadis yang sudah terlihat tidak memiliki hasrat untuk hidup. Slashhh... Dengan sekali tebasan, kepala...