*Di ruang makan
Di ruang makan yang terlihat megah dengan interior yang didominasi dengan warna emas, dua orang pria berbeda usia sedang duduk tegap. Di depan mereka sudah tersaji banyak makanan yang terlihat sangat menggugah selera, namun mereka berdua belum memakannya secuil pun seakan mereka sedang menunggu seseorang untuk datang dan ikut makan bersama mereka. Tepat, mereka adalah marquess Gregory Luvius dan tuan muda Nathaniel Luvius.
"Dimana dia?" tanya sang marquess dengan kata-katanya yang singkat dan terdengar datar seakan sudah menjadi ciri khas nya
"Mohon izin hamba menyusul mereka tuan." Saat ajudan marquess yang bernama Mark itu hendak menyusul nona muda kediaman Luvius, tiba-tiba pelayan setia nona muda itu datang tanpa ada tanda-tanda sang majikan ikut bersamanya.
"Mohon maaf tuan marquess dan tuan muda, hamba dengan berat hati mengabarkan nona muda tidak bisa hadir untuk ikut makan bersama malam ini," terang pelayan bernama Chloe itu dengan badan sedikit bergetar karena tidak bisa menahan aura sang tuan rumah beserta anak sulungnya.
"Kenapa?" tanya seseorang orang juga duduk di kursi itu siapa lagi jika bukan tuan penerus kediaman marquess Luvius, Nathaniel Luvius.
Nathaniel Luvius, seorang pria berumur 21 tahun dengan perawakan tinggi berwajah sangat tampan yang bisa dibilang ketampanannya sangat tidak realistis, adalah kakak yang usianya berjarak 6 tahun lebih tua dari sang adik yaitu Natasha Luvius. Bagai pinang dibelah dua, Nathaniel memiliki sifat yang sama persis dengan ayahnya yaitu dingin dan tidak suka banyak bicara. Namun jika ia bersama ibunya, ia akan menjadi seperti anak normal lainnya bahkan lebih manja daripada mereka.
Saat umur Nathaniel 5 tahun, ia senang setelah mendengar kabar bahwa ibunya akan memberikannya adik yang sudah ia dambakan. Nathaniel kecil bertekad akan menjaga dan melindungi adik nya itu apapun yang terjadi.
9 bulan kemudian disaat umur Nathaniel menginjak 6 tahun, ibunya akhirnya melahirkan. Bukan suka cita yang ia dapatkan melainkan duka mendalam yang membuat Nathaniel menjadi pribadi yang semakin dingin bahkan melebihi ayahnya. Setelah mengetahui bahwa ibunya meninggal saat melahirkan adiknya yang diberi nama Natasha Luvius itu, Nathaniel jadi membenci adiknya sama seperti ayahnya, bahkan Nathaniel tidak segan mengusir Natasha dengan sedikit kasar jika anak itu mendekatinya dan berusaha mencari perhatiannya.
Bahkan pernah beberapa tahun yang lalu saat Natasha berniat menghampiri Nathaniel yang sedang bersantai di dekat danau buatan yang ada di kastilnya, Nathaniel mendorong Natasha hingga ia tanpa sengaja terjatuh ke danau tersebut. Alih-alih membantu, Nathaniel malah meninggalkan gadis itu yang untung saja ada seorang pengawal yang sedang berjaga di sekitar situ dan langsung menolong Natasha.
Kembali ke keadaan di ruang makan.
"Soal itu," ucap Chloe dengan kebiasaannya menggantungkan sebuah kalimat jika ia tidak berani mengatakan sesuatu.
"Katakan tanpa adanya kebohongan," ucap Nathaniel dengan tegas.
"I-i-itu, N-nona muda b-bilang ia me-merasa tidak pantas untuk ikut ma-ma-makan malam dengan tuan marquess dan tu-tuan muda," jujur Chloe dengan terbata-bata saking takutnya dengan aura yang sudah dikeluarkan oleh pemilik kastil.
Setelah Chloe dengan jujur memberi tahu apa yang diucapkan oleh nona nya Natasha, keadaan ruang makan menjadi benar-benar pengap oleh aura dari tuan marquess dengan tuan muda Nathaniel.
Setelah itu, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun marquess Gregory langsung meninggalkan ruang makan dan disusul dengan Nathaniel yang juga melangkahkan kakinya ke arah taman untuk menenangkan diri dari perasaan asing yang tiba-tiba muncul saat Natasha mengucapkan hal yang disampaikan oleh Chloe.
Di koridor mewah yang sama sebelumnya, bedanya saat ini koridor dalam keadaan cukup gelap dimalam hari dengan lampu-lampu sihir di setiap sisinya, Nathaniel berjalan menuju kearah taman untuk menenangkan pikirannya. Saat Nathaniel sudah berada di sekitar area taman, ia langsung menuju bangku taman favoritnya tempat ia dan ibunya dulu sering menghabiskan waktu untuk bertawa ria.
Saat ia sudah sampai di tempat tujuannya, betapa terkejutnya pemuda itu saat ia melihat ada seorang gadis cantik yang mirip dengan ibunya juga sedang duduk di bangku favoritnya itu.
.
*flashback sebelum kejadian diruang makan
Di kamar Natasha, setelah Chloe datang dan memberitahukan perihal mengenai ajakan marquess untuk makan malam bersama, Natasha kembali berbaring berniat untuk melanjutkan mimpi indahnya tadi mendapatkan uang 8 triliun, namun Natasha malah tidak bisa kembali tertidur sehingga ia memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di area tempat kamarnya berada.
Natasha yang sedari tadi berjalan tanpa tujuan akhirnya tanpa sadar sampai di taman yang cukup indah berbeda dengan taman didekat kamarnya yang sedikit gersang. Di taman itu natasha memutuskan untuk berdiam diri dan menghirup udara segar sebentar.
Bangku taman yang terletak ditengah-tengah taman dengan pemandangan air mancur yang cukup indah didepannya itu menjadi tempat Natasha berdiam diri untuk menjernihkan pikiran dan menghirup udara segar. Saat Natasha hendak berdiri dan kembali ke kamarnya karena dirasa udara mulai semakin dingin, ia merasa ada mana seseorang disekitarnya yang perlahan menuju ketempat ia berada.
Natasha yang pada dasarnya selalu dituntut untuk waspada sudah menyiapkan sebilah pisau buah yang ia sembunyikan dengan rapi di balik gaun malamnya.
Semakin orang misterius itu mendekat, Natasha semakin bersiap untuk memberi serangan kejutan. Namun yang tidak ia sangka setelah orang itu cukup dekat dan sihir sensorik milik Natasha semakin akurat, ia akhirnya tahu siapa orang misterius yang berjalan kearahnya itu
Dengan senyum yang semakin mengembang membentuk seringaian, Natasha berkata dalam hati. Aku tidak tahu apa yang kau lakukan disini Nathaniel, tapi mari bermain-main sebentar.
Setelah mengucapkan hal itu didalam hati, wajah Natasha yang tadinya membentuk sebuah seringaian berubah hanya dalam sepersekian detik menjadi terlihat sendu dan sangat menyedihkan.
Sambil masih duduk di bangku taman itu, Natasha mengadahkan wajahnya keatas melihat sang rembulan yang bersinar terang dengan tatapan yang bisa mengguncang hati siapapun.
"Ibu, apakah kau bahagia disana? Meskipun aku tidak pernah bertemu denganmu, tapi aku sangat merindukanmu bu," ucap Natasha dengan air mata yang mulai menetes dari matanya sayu nya.
"Ibu, aku takut, aku sendiri disini, aku takut bu,"
"Bu, jika boleh memilih, lebih baik engkau tidak perlu mengandungku, lebih baik nyawaku saja yang diambil untuk menggantikanmu" lanjutnya dengan suara yang sudah bergetar dan air mata yang semakin deras turun dengan indah melewati pipi kemerahannya.
"Aku ingin berusaha tegar, namun sungguh aku tidak sanggup, aku ingin menyusulmu dan hidup dengan mu diatas sana, aku ingin tahu rasanya disayangi dan dicintai oleh keluarga bu,"
"Aku... aku...." Gantung Natasha seolah tidak sanggup mengucapkan kalimat berikutnya. "Aku tidak ingin hidup di neraka ini lagi bu," ucap gadis itu lemah diikuti tangis pelannya yang jika orang lain melihatnya mereka pasti akan langsung ikut menangis seakan merasakan juga kepedihan mendalam yang dialami gadis itu.
Tidak jauh dari sana, seorang pemuda tampan yaitu Nathaniel yang sedari tadi menyaksikan hal itu tanpa sadar turut meneteskan air matanya. Hatinya terasa sangat sesak saat ini mendengar curhatan adik yang selama ini ia benci tanpa alasan.
Adikku, sebegitu tersiksanya kah engkau? Apa aku sungguh keterlaluan selama ini? Seraya berucap hal tersebut dalam batinnya, Nathaniel meninggalkan tempat itu karena tidak sanggup melihat adik kecilnya yang menangis menyerah akan hidupnya.
Setelah mana yang cukup pekat itu dirasa sudah tidak ada di sekitar lagi, Natasha yang semula terlihat sangat menyedihkan perlahan menghapus air matanya dan sedikit menghela nafas.
"hahh... ini... benar-benar menyenangkan," ucap Natasha menunjukkan seringainya selama beberapa detik kemudian merubah mimik mukanya lagi menjadi wajah yang terlihat lembut nan rapuh kemudian berjalan meninggalkan taman itu untuk kembali tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEARTLESS ANTAGONIST
Fantasy"Lagipula, gadis sepertimu...." "Benar-benar membuatku muak," seraya mengucapkan kata terakhir tersebut ia langung mengayunkan pedangnya kearah si gadis yang sudah terlihat tidak memiliki hasrat untuk hidup. Slashhh... Dengan sekali tebasan, kepala...