*Natasha POV
Halo semua! Di momen spesial ini, saya Natasha Luvius ingin menceritakan perjalanan hidup saya yang sangat berwarna. Ini bukanlah sebuah hidup yang hanya dipenuhi dengan tawa, dan bukan pula sebuah hidup yang hanya dipenuhi dengan kesedihan yang teramat dalam. Hidup kedua ku adalah sebuah hidup yang memiliki keduanya didalamnya. Tidak hanya itu, masih banyak jutaan warna dan rasa yang terjadi dalam hidupku selama aku menjadi seorang Natasha Luvius.
Kala itu, 3 tahun setelah kejadian yang menimpa kerajaan akibat dari seorang duke serakah bernama Morris Austine yang hendak merebut takhta kerajaan dengan cara menggunakan sihir terlarang, aku berada di danau penuh cerita dan makna bersama dengan kekasih tercintaku.
Di sore hari yang cukup cerah dengan langit berwarna jingga, lelaki itu, lelaki yang telah memberitahuku apa itu perasaan cinta yang benar-benar tulus bahkan di dua kehidupkanku, berlutut dan mengucapkan kalimat yang benar-benar tidak pernah aku duga akan keluar dari mulut dinginnya.
"Natasha," ujarnya sambil berlutut dihadapanku. "Setelah semua perjalanan yang kita lalui bersama, sekarang aku yakin bahwa kau adalah satu-satunya wanita yang aku mau dan aku butuhkan untuk menemaniku seumur hidupku," lanjutnya.
Aku yang sedikit kaget dengan perlakuan Xavier yang sedikit tidak biasa itu hanya tergagap dan memandang lurus kearah Xavier.
"Xa-Xavier." Hanya itu kata yang dapat keluar dari bibirku saat itu.
"Natasha Luvius," ujar Xavier yang kini tangan kananannya dimasukkan ke saku celananya seakan sedang berusaha mengambil sesuatu. "Aku bersungguh-sungguh ingin memilikimu dan hanya menjadi milikikmu selama aku hidup di dunia ini, jadi...."
"Maukah kau menjadi istriku," kata Xavier sembari tangan yang tadi ia masukkan ke sakunya kini dikeluarkan dengan membawa sebuah cincin teramat cantik yang ditengahnya terdapat sebuah berlian kecil berwarna keunguan.
Setelah mengatakan hal tidak terduga tersebut, sontak aku langsung menutup mulutku saking terkejutnya. Memang ia sering mengatakan bahwa aku istrinya ataupun ratunya, tapi itu adalah pertama kalinya ia benar-benar melamarku dan aku dapat melihat kesungguhan dimatanya saat itu.
Dan tanpa ragu aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban atas lamarannya. Xavier yang melihat itu tersenyum bahagia dan langsung memasangkan cincin tersebut ke jari manisku.
Sore itu, di danau Maros tempat aku dan Xavier menghabiskan banyak waktu dan mengisi lembaran kosong dalam hidup kami dengan banyak warna yang hanya diisi kebahagian, aku dan Xavier membulatkan tekad untuk saling menerima satu sama lain sebagai sepasang suami istri yang akan terus bersama seumur hidup kami.
.
Tiba hari pernikahan yang kami nanti-nantikan, akhirnya setelah banyaknya persiapan yang kami lakukan untuk hari ini, kami bisa mengadakan upacara suci untuk menyatukan kedua hati dan jiwa kami dengan lancar.
Acara pernikahan saat itu dilangsungkan di kastil milik Xavier dengan didatangi oleh orang-orang penting serta keluarga dan teman dari kami berdua. Ya, selama tiga tahun ini orang-orang yang aku kenal mulai mengetahui bahwa Xavier adalah seorang lord wilayah Nether yang terkenal itu. Awalnya mereka terkejut teramat sangat, namun lambat laun mereka dapat menerima kenyataan mengejutkan tersebut.
Ayah serta kakakku tentu menjadi orang nomor satu yang sangat antusias dengan pernikahanku ini. setelah dua tahun lalu kakakku menikah dengan tunangannya, kini giliranku yang menyusulnya menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga bersama seseorang yang benar-benar aku cintai.
Semua pelayan serta ksatria pribadiku juga sangat bahagia dengan pernikahanku. Chloe yang sudah pensiun setahun yang lalu karena menikah dengan Gilly memutuskan untuk tinggal di Nether menemani Gilly yang kini menjadi suaminya yang juga masih menjadi ksatria pribadiku. Sedangkan Lyn, ia kini menjadi satu-satunya pelayan pribadiku setelah Chloe mengundurkan diri, dan kurasa waktunya bekerja juga tidak akan lama lagi sebab kudengar kekasihnya sang ajudan pribadi Xavier yang bernama Jude itu sudah melamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEARTLESS ANTAGONIST
Fantasy"Lagipula, gadis sepertimu...." "Benar-benar membuatku muak," seraya mengucapkan kata terakhir tersebut ia langung mengayunkan pedangnya kearah si gadis yang sudah terlihat tidak memiliki hasrat untuk hidup. Slashhh... Dengan sekali tebasan, kepala...