"Siapa itu?"
Seorang kepala pengawal berjalan menghampiri kotak kaca. Dia bermaksud melindunginya.
"Cari dia!" Tuan Anthony memberikan perintah.
Sontak semua terkejut dengan kejadian di depan mata mereka. Tidak ada yang menyangka jika presentasi dari si tuan rumah menjadi sebuah kekacauan. Tidak mulus sebagaimana biasanya.
Wanita-wanita yang semula terpana tiba-tiba menjerit. Kaget dengan apa yang tengah terjadi. Mental mereka tidak disiapkan untuk kejadian tak terduga.
Kepala-kepala mendongak ke atas. Banyak yang menyangka ada seseorang telah melemparkan benda keras ke arah kotak kaca. Langit-langit gedung yang tinggi tak mungkin menjadi tempat bersembunyi orang yang dimaksud. Langit-langit itu polos.
Siapa yang telah berani mengacaukan pestaku?
Tuan Anthony berjalan pelan ke arah kotak kaca yang telah pecah. Tangannya meraih batu mulia di tengahnya. Safir warna biru itu masih indah terlihat meskipun kotak kaca yang melindunginya kini sudah pecah. Berantakan.
Namun, Tuan Anthony lupa akan sesuatu.
Lagi, ada benda tajam nan kecil menancap di tangannya. Dia terkejut dan menarik kembali tangan yang hendak mengambil batu mulia.
"Awww!"
Karena tangan itu ditarik ke belakang, jelas benda berharga yang dimaksud lepas dari perhatian. Walau untuk sesaat.
Tuan Anthony mengibaskan tangannya. Sekaligus memejamkan mata untuk menahan rasa sakit. Bangsat, siapa yang menusukan jarum di tanganku!
Seorang wanita hampir pingsan ketika menyaksikan kekacauan. Bagaimana tidak, ketika energinya sudah habis terpakai dalam pesta, tak dinyana harus diakhiri dengan keributan. Mata wanita itu berkunang-kunang, nafasnya tersengal.
Ditambah, senapan diacungkan ke segala arah. Petugas jaga di gedung itu diperintahkan untuk masuk ke dalam aula. Semua petugas yang berseragam atau pun tanpa seragam, masuk satu per satu ke dalam aula.
Mereka mencegah tamu untuk terburu-buru pulang. Si empunya hajat curiga pada salah seorang diantara mereka sebagai pelaku kekacauan itu.
"Tuan dan Nyonya, saya meminta kerjasamanya. Anda sebaiknya tetap di tempat," Tuan Anthony berteriak sembari tetap memegang tangannya yang kesakitan.
Sontak, tidak semua tamu menerima diperlakukan seperti itu.
"Tuan Anthony, apakah Anda menuduh salah satunya pelakunya adalah kami?"
"Tidak, tapi saya yakin dia sedang bersembunyi di sini. Jika Anda semua keluar, itu yang dinginkannya. Dia punya kesempatan untuk melarikan diri."
Semua tamu paham situasi seperti ini. Mereka yang datang bukan orang-orang tanpa pengalaman. Beberapa diantara mereka yang hadir adalah petinggi militer di negeri ini. Kekalutan yang tengah terjadi, memang harus dikendalikan. Bisa dimengerti jika si tuan rumah seakan memenjarakan para tamu untuk tidak segera pergi.
Tuan Anthony mengenal satu per satu siapa saja tamunya. Jumlah mereka tidak sampai ratusan, lagipula identitas mereka sudah tercatat dalam keanggotaan klab. Jika salah seorang diantara mereka bermaksud mengacaukan pesta, maka mudah untuk menanyainya satu per satu. Terlebih, tamu-tamu itu semuanya berwajah Eropa sangat kontras dengan para petugas keamanan dan pelayan.
Pintu telah tertutup ketika Tuan Anthony masih menahan kebas di tangannya. Tanpa harus diperintah lebih rinci, komandan keamanan gedung sudah paham jika terjadi sesuatu dengan "barang dagangan" tuannya. Beberapa orang diantara mereka berdiri di atas panggung, mengitari kotak kaca yang telah pecah. Kemudian anggota lainnya berjejer merapat di dinding seakan mengepung para tamu yang masih berdiri.
Penjagaan begitu ketat, ini menjadi ujian bagi kredibilitas perusahaan Tuan Anthony. Pria ini seperti dicoreng mukanya di depan para tamu. Penjagaan oleh puluhan orang terlatih seakan tiada gunanya. Nama baik perusahaan yang telah terbangun sejak lama, bisa saja runtuh dalam semalam.
Sebaiknya aku mengambil benda itu sebelum seseorang mencurinya.
Tuan Anthony berjalan pelan mendekat kotak kaca. Karena permukaannya telah pecah berserakan, dia bisa dengan mudah mendekatkan tangannya.
Tapi, lagi-lagi tangan tidak berhasil memegang benda berwarna biru itu.
Benda itu terjatuh, lebih tepatnya ada yang menjatuhkan.
Tuan Anthony kaget. Sial!
Warna biru batu mulia itu begitu mudah mengundang perhatian. Benda itu menggelinding di lantai.
"Ohhh," seorang pria seakan mendapatkan rezeki nomplok. Dia terlihat ketika benda itu menggelinding ke arahnya. Tangan kanan orang itu meraihnya. "Wahhh ...."
Sayang, rasa senang laki-laki itu tidak berlangsung lama. Dia dikejutkan oleh seseorang yang mendekatinya.
"Hei, ini milikku."
Seorang perempuan mengambil batu mulia itu dengan cepat.
Semua mata tertuju pada perempuan itu. Tidak terkecuali Tuan Anthony. Dia kan salah satu pelayan di sini?
Tanpa harus dikomando, semua petugas keamanan berlari ke arah perempuan dengan batu mulia di tangannya. Mereka saling kejar satu sama lain. Tidak ada yang berani menggunakan senapan di tangan, terlalu beresiko jika salah sasaran.
Tuan Anthony hanya memperhatikan anak buahnya terus mengejar perempuan itu. Dia begitu gesit, berlari diantara tamu-tamu yang masih berdiri terpaku. Si perempuan seperti sedang mempermainkan orang-orang yang mengejarnya. Cukup lama mereka saling kejar, hanya berputar-putar di dalam aula. Tidak ada pintu untuk keluar karena semuanya sengaja ditutup agar tidak ada orang yang ke luar.
Tuan Anthony masih sulit mengerti, kenapa perempuan itu berani mencuri safir berwarna biru milikku? Siapa dia sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Prahara Rumah Jagal
ActionSleeerrrr .... Darah mengalir dari tenggorokan. Tidak, bukan hanya mengalir. Darah itu muncrat ke berbagai arah. Membasahi orang di depannya, membasahi lantai bahkan melumuri golok di tangannya yang besar. Orang itu tidak pernah tega dengan korbann...