Hari yang cerah kembali datang. Red Light High School ramai seperti hari-hari biasanya. Para murid saling bercanda gurau, menikmati cuaca cerah ini. Melupakan sejenak masalah yang menumpuk.
"Eunha masih belum masuk?" Tanya Mingyu yang lagi-lagi tak mendapati keberadaan Eunha di dalam kelas.
Umji menggeleng. "Dia tidak masuk lagi. Aku berencana untuk menjenguknya hari ini"
"Semoga dia baik-baik saja. Eunha tidak pernah seperti ini. Bagaimana pun keadaannya ia akan tetap masuk sekolah. Tapi kali ini sangat berbeda" timpal Yugyeom yang membuat mereka mengangguk.
Eunha adalah murid yang teladan. Ia tidak pernah melewatkan setiap jam untuk belajar. Ia anak yang rajin dan cerdas. Kalaupun ia sakit, ia akan tetap memaksa untuk masuk sekolah. Tapi sekarang sudah beberapa hari Eunha tidak berangkat tanpa alasan yang jelas. Itu membuat teman bahkan para guru bingung. Tidak biasanya Eunha seperti itu.
"Ini sangat aneh. Eunha tidak biasanya seperti ini" gumam Umji menghembuskan nafasnya. Ia benar-benar mengkhawatirkan temannya itu.
"Kita berdoa saja semoga dia cepat sembuh dan bisa kembali bersekolah" kata Yugyeom yang di angguki mereka semua.
Jungkook mendengarkan percakapan teman-temannya dalam diam. Di kepalanya kini penuh dengan beragam pertanyaan. Beberapa hari lalu Eunha tiba-tiba saja jatuh pingsan dengan tubuh yang panas. Lalu ada seorang pria bernama Jeonghan yang datang menjemput Eunha.
Jungkook masih belum bisa mempercayai pria bernama Jeonghan itu. Selama Jungkook mengenal Eunha. Ia tidak pernah sekalipun mendengar nama Jeonghan dari Eunha. Pria itu juga memiliki aura yang sangat kuat layaknya seorang Vampire. Tapi tampilan pria itu sedikit berbeda dengan Vampire-vampire yang pernah ia temui. Ini sangat aneh.
"Kau baik-baik saja Jungkook?" Tanya Lisa duduk di samping Jungkook.
Jungkook menoleh menatap Lisa. "Aku baik-baik saja. Tidak perlu mengkhawatirkan ku"
Lisa menggigit kecil bibir bawahnya. "Jika kau ada suatu masalah apa pun itu. Kau bisa menceritakannya kepada ku. Aku pintar menjaga rahasia. Kau tahu itu kan?"
Jungkook tersenyum dan mengangguk. "Tentu aku tahu"
Mingyu menatap interaksi Jungkook dan Lisa dengan hati yang terluka. Ia memutuskan untuk keluar dari kelas menuju taman sekolah yang tak jauh dari tempatnya. Menenangkan dirinya. Menikmati angin sejuk yang berhembus dengan lembut siang itu. Suasana yang sangat tenang dan nyaman.
"Patah hati?"
Mingyu tersentak dan menoleh ke sampingnya. Di sampingnya duduk Jisoo dengan senyumnya. Jisoo memberikan minuman kaleng pada Mingyu yang langsung pemuda itu terima.
"Lisa sudah menyukai Jungkook sejak lama. Mungkin sejak ia bertemu dengan Jungkook. Tapi kau tahu kan Gyu. Hati manusia itu bisa berubah-ubah. Hanya perlu waktu dan kesabaran untuk bisa mengubahnya. Aku yakin kau bisa" kata Jisoo mencoba menyakinkan Mingyu. Ia sangat tahu masalah yang dihadapi ketiga temannya itu. Ia bukanlah orang bodoh yang tidak bisa melihat apa yang terjadi di antara ketiganya.
Mingyu meminum minumannya. "Aku akan menyerah saja"
Jisoo menoleh ke arah Mingyu. "Kenapa?"
"Sulit untuk bisa mengubah hati Lisa. Dia sudah jatuh terlalu dalam pada perasaannya untuk Jungkook. Jika kau lihat tatapan matanya. Semuanya sangat jelas. Dia benar-benar mencintai Jungkook. Tidak ada tempat yang tersisa di hatinya untuk orang lain"
"Tapi Jungkook tidak menyukai Lisa. Dan ini kesempatan mu Gyu. Berjuanglah. Aku yakin kau bisa. Dan hanya kau yang bisa"
Mingyu menggeleng. "Kau tahu Jungkook itu misterius. Meskipun dia terlihat dingin dan seperti acuh pada Lisa. Tapi kita tidak mengetahui apa-apa soal hatinya. Bisa saja dia kini juga sudah menyukai Lisa"
"Kenapa tiba-tiba kau menjadi pesimis seperti ini? Kau bukan Mingyu yang ku kenal. Kau sangat aneh"
Mingyu melirik Jisoo. Ia tersenyum simpul. "Aku sudah lelah Jis. Aku akan menjadi lemah untuk sekali ini saja. Setelah itu tidak akan pernah lagi"
"Kau yakin tidak akan menyesali apapun?"
Mingyu diam. Menyesal? Entahlah. Ia juga sebenarnya ragu pada dirinya sendiri. Di satu sisi ia ingin terus berjuang untuk cintanya. Tapi di sisi lain ada kenyataan pahit yang membuatnya ragu untuk terus maju.
"Aku tidak tahu"
Jisoo menghembuskan nafas panjang. "Semua terserah padamu Gyu. Tapi aku tetap yakin kau pasti bisa"
"Bisakah?"
.
.
.
Keadaan Seulgi masih belum ada perkembangan meskipun Irene sudah turun tangan. Efek dari ilusi yang diberikan Camelia terlalu kuat dan benar-benar menghancurkan mental Seulgi. Dan sekalinya mental hancur maka akan sangat sulit untuk bisa menyembuhkannya. Hanya Seulgi sendirilah yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Irene dan yang lainnya hanya bisa membantu dengan doa dan berusaha untuk membuat Seulgi bisa mendapatkan kembali semangat untuk tetap hidup.
"Bagaimana nona?" Tanya Sehun khawatir.
"Keadaannya masih sama. Hanya Seulgi yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri" jawab Irene.
Sehun izin untuk kembali ke kamar saudaranya. Ia harus selalu setia di samping saudaranya itu. Hanya Seulgi satu-satunya keluarga yang ia punya sekarang. Selama lebih lima ratus tahun mereka hidup bersama sebagai Vampire. Kedua orang tua mereka sudah tiada dibunuh oleh para Vampire. Begitupun kelompok Hunter mereka yang hancur karena Vampire. Hanya ada mereka berdua yang kini atas nama takdir diubah menjadi Vampire. Meskipun berat pada awalnya. Tapi mereka selalu berhasil mengatasi semua masalah dengan baik.
Sehun meremas rambutnya. "Kenapa kak? Kenapa kau tidak bangun juga? Ada apa denganmu?"
Sehun tidak tahu lagi jika Seulgi pergi menyusul kedua orang tuanya. Siapa lagi yang akan menjalani hidup bersamanya. Siapa lagi yang akan menemaninya melewati kehidupan abadinya. Sehun tidak akan sanggup kehilangan Seulgi.
Sehun menggenggam tangan Seulgi. "Bangunlah. Aku sangat membutuhkan mu"
Kehadiran Irene di ruang tengah membuat atmosfer disana semakin kelam. Semakin lama Mansion Moon menjadi semakin kelam dan gelap. Seakan tidak ada kehidupan sama sekali di dalamnya.
"Hari ini kita akan berangkat sekolah. Sudah terlalu lama kita tidak ke sekolah. Moon Guard pasti khawatir dengan kita" kata Irene membuat yang lainnya hanya mengangguk.
Sebenarnya mereka tidak ingin masuk kembali ke sekolah. Apalagi setelah banyak insiden yang terjadi akhir-akhir ini. Membuat mereka enggan untuk menginjakkan kaki di sekolah.
"Apakah Taehyung juga ikut?" Tanya Joy sambil melirik Taehyung yang duduk di samping Eunwoo.
"Tentu. Dia tetaplah murid dari Red Light High School. Hanya saja sekarang dia bagian dari Moon Class" kata Irene. "Sekarang kalian bersiap. Satu jam lagi kita berangkat"
Semuanya menurut. Mereka segera berpencar ke kamar masing-masing. Menyisakan Irene, Taehyung dan Yerim.
"Kita bersiap?" Tanya Taehyung pada Irene.
Irene tersenyum untuk Taehyung. "Kau duluan saja"
Taehyung mengangguk. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya. Irene menatap Yerim yang masih diam di tempatnya.
"Ada apa Rim?" Tanya Irene duduk di dekat Yerim.
Yerim mengangguk. "Hanya memikirkan sesuatu. Bukan masalah besar"
Irene diam. Meskipun Yerim tak memberitahunya. Ia sudah tahu apa yang dipikirkan oleh Yerim. Bulan purnama.
.
-to be continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Class [Hiatus]
Fantasy"Kelas khusus untuk orang-orang khusus" Note : Semua yang ada di cerita ini adalah karangan semata. Ada beberapa nama negara dan kota yang di ambil di dunia nyata. Tapi ini adalah cerita fiksi.