Rumah besar bergaya klasik itu adalah tempat bagi Camelia untuk tinggal selama berada di Korea. Rumah besar yang berada di perbatasan kota. Tidak akan ada yang menyangka jika rumah mewah itu dihuni oleh para Vampire berbahaya.
Camelia memutar gelas darah yang ada di tangannya. Ia semalam merasakan aura kuat yang sangat ia kenal. Meskipun dari jauh, aura kuat Vampire Origin itu mampu membuat seorang Camelia bergetar. Camelia menggigit bibir bawahnya. Kenapa di harus datang. Kenapa Alastor harus datang. Seharusnya Vampire Origin itu tetap berada di Kanada untuk melindungi klan-nya. Tapi kenapa dia harus kesini. Kedatangannya membuat semua rencana Camelia harus terhenti.
Hana, Denada, Ashley, Sana dan Himeko hanya duduk diam melihat nona mereka yang sejak tadi diam. Mereka tidak berani untuk mengganggu nona mereka itu. Jadi mereka hanya bisa diam dan menunggu keputusan selanjutnya yang akan di ambil nona mereka.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Muncullah Jeonghan dengan Eunha yang berjalan tertatih di belakangnya.
"Sepertinya latihan mu berat? Kau sampai tidak bisa berjalan dengan benar" kata Ashley dengan sedikit nada meremehkan. "Aku harus menunggu berapa lama lagi agar kau bisa berguna? Merepotkan"
Eunha hanya menundukkan kepalanya. Ia tidak berani untuk menatap langsung mata merah menyala itu yang selalu menatapnya dengan benci. Entah kenapa Vampire itu masih belum bisa menerimanya sebagai bagian dari mereka.
"Mungkin kau harus menunggu seabad lagi" balas Sana yang diikuti kekehan oleh Denada.
Ashley hanya bisa menahan kesal atas perkataan Sana. Ketiga Vampire Salva itu lalu memilih untuk minum darah hasil dari buruan mereka semalam dengan tenang. Minum dari gelas sangatlah tidak nyaman. Mereka selalu merasa kurang. Jika minum langsung dari manusia, walaupun hanya setetes, rasanya sangat nikmat.
Eunha dengan takut-takut duduk di dekat keempat Vampire Salva itu setelah Jeonghan memintanya untuk duduk. Eunha masih belum bisa akrab dengan keempat Vampire Salva itu. Dia terlalu takut untuk memulai.
"Besok kita latihan lagi Eunha. Kau masih perlu banyak latihan lagi" kata Jeonghan menuangkan darah di gelas untuk dirinya dan Eunha.
Eunha hanya mengangguk. Ia melirik ke tubuhnya yang dipenuhi oleh luka-luka yang perlahan-lahan memudar lalu menghilang. Ia masih tidak percaya ia sudah menjadi Vampire. Ada sedikit rasa sesal dalam dirinya karena sudah mengambil keputusan ini. Tapi ia harus tetap percaya bahwa pilihannya ini sudah benar. Ia memilih jalan ini untuk bisa melindungi orang yang paling ia cintai. Ia tidak boleh menyerah.
"Kau itu lemah Eunha. Kau tidak akan bisa memenuhi keinginan nona jika latihan mu saja berantakan seperti ini" kata Himeko dingin.
"Maaf" hanya itu yang bisa dikatakan oleh Eunha. Ia tidak menyangka ia akan mendapatkan teguran dari Himeko.
Himeko adalah Vampire yang sangat tenang dan pendiam. Dia jarang sekali mau ikut campur dalam pembicaraan ataupun urusan orang lain. Dia jauh lebih tenang jika sendirian.
Mendengar permintaan maaf dari Eunha, Himeko hanya membuang pandangannya dan meminum kembali teh matcha darahnya. Sebagai keturunan Jepang ia tidak bisa melupakan tradisi minum teh-nya.
Himeko merupakan Vampire yang dihormati di antara lima Vampire penguasa elemen. Sebelum memiliki kekuatan listrik. Himeko sudah menjadi tangan kanan setia Camelia karena kemampuan bertarungnya. Sebagai hadiah atas kesetiaannya. Camelia memberikan kekuatan listrik pada Himeko setelah Vampire Origin itu membunuh Sungjae dan mengambil jantungnya.
"Jangan seperti itu Himeko. Eunha masihlah Vampire muda. Dia masih butuh banyak latihan dan pengalaman agar bisa seperti kalian" kata Jeonghan sambil menepuk pelan punggung Eunha yang sedikit bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Class [Hiatus]
Fantasy"Kelas khusus untuk orang-orang khusus" Note : Semua yang ada di cerita ini adalah karangan semata. Ada beberapa nama negara dan kota yang di ambil di dunia nyata. Tapi ini adalah cerita fiksi.