50

327 52 3
                                    

Sudah seminggu berlalu. Tapi Joy masih belum bisa melupakan kejadian malam itu. Saat terbangun dia sudah berada di kamarnya. Awalnya ia kira itu adalah mimpi. Tapi saat ada dayang yang membicarakan tentang penemuan mayat pengawal di taman dekat hutan. Joy tahu, bahwa kejadian mengerikan itu bukanlah mimpi. Pembantaian malam itu benar-benar terjadi. Dan dia merasa sangat bersalah, karena dirinya para pengawal dan dayangnya itu harus meregang nyawa. Dia benar-benar merasa bodoh dan tidak berguna.

Sang ayah sangat sedih melihat Joy yang hanya duduk termenung di teras kamarnya. Tidak ada lagi senyum secerah mentari di matanya. Tidak ada lagi suara selembut angin di telinganya. Putrinya itu sudah benar-benar kehilangan dirinya.

"Kita harus melakukan sesuatu" kata Park Hyun-Ki, ayah Joy.

"Tapi tuan. Mereka bukanlah lawan kita. Hanya tiga dari mereka mampu membunuh belasan prajurit kita. Bahkan menghancurkan hampir setengah hutan. Sangat tidak mungkin menang melawan makhluk mengerikan itu" kata Il-Sung selaku penasihat Hyun-Ki.

"Tapi jika kita membiarkan makhluk-makhluk itu hidup. Bukan tidak mungkin suatu hari nanti kita akan dibantai oleh mereka"

Il-Sung menghela nafasnya, benar apa kata tuannya. Makhluk-makhluk itu terlalu berbahaya bagi mereka. Jika mereka tidak bergerak, mereka akan semakin terkikis oleh makhluk-makhluk biadab itu.

"Saya akan mengirimkan proposal kepada kerajaan" kata Hyun-Ki yang membuat Il-Sung mengangguk mengerti.

Benar juga, masih ada kerajaan. Kerajaan pastilah juga memikirkan tentang hal ini. Dan dengan banyaknya proposal keluhan tentang makhluk itu pasti membuat kerajaan tidak akan tinggal diam.

"Saya mengerti tuan. Saya yang akan membuat proposal itu dan menyerahkannya kepada kerajaan" kata Il-Sung sambil menundukkan kepalanya hormat.

"Terima kasih Il-Sung" kata Hyun-Ki menatap Joy dalam. 'Ayah berjanji akan membunuh mereka semua Joy. Kau harus tersenyum kembali'

Dari kejauhan sepasang mata merah menyala menatap damai ke arah pujaan hatinya. Ia paham sekali bahwa pujaannya itu masih terguncang dengan kejadian itu. Rasanya ia ingin menghancurkan semua Vampire itu yang membuat pujaannya menjadi murung seperti itu. Tapi sayang sekali jika ia melakukan hal gila itu, maka kelompok Vampire-nya akan memiliki musuh.

"Kau disini ternyata"

Sungjae melirik ke sebelahnya. Disana ada seorang Vampire tampan yang sangat ia kenal.

"Kenapa kau kemari Sehun?" Tanya Sungjae bingung. Sehun adalah pengikut setia Irene yang selalu berada di belakang Irene. Tapi sekarang Vampire itu malah bersamanya.

"Aku diperintahkan Irene kemari"

Sungjae menaikkan satu alisnya bingung. "Ada apa?"

Sehun menyandarkan tubuhnya pada pohon di sampingnya. "Penglihatan Wendy-ssi"

Sungjae mengangguk. Ia tentu tahu kemampuan Wendy. Vampire Salva yang diberikan karunia untuk bisa melihat masa depan walau hanya sekilas.

"Memang apa yang akan terjadi?" Tanya Sungjae kembali mengalihkan pandangannya kepada Joy.

"Perang" jawab Sehun ikut memandang ke arah pandangan Sungjae.

Sungjae menghela nafasnya. Ini pasti dampak karena dirinya yang menyerang tiga Vampire itu. "Sepertinya Ludo benar-benar marah ya, karena aku menyerang tiga bawahannya"

"Sepertinya bukan hanya itu"

"Ya tentu saja. Nona Irene tidak akan memerintahkan mu jika bukan karena sesuatu yang besar. Kau terlalu kuat hanya untuk melawan Vampire-vampire rendahan itu"

Moon Class [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang