14. SALTING✅

1K 36 0
                                    

HALLO READERSKU TERSAYANG





SEPERTI BIASA YA SAYANG SEBELUM LANJUT BACA PENCET BINTANGNYA DULU DIBAGIAN BAWAH PALING KIRI





SEMOGA SUKA YA SAMA PART INI







HAPPY READING

















*****

Pagi ini, Varo mengantarkan Arin ke kampus sebelum dirinya pergi ke kantor. Di perjalanan, tidak ada yang bersuara. Hingga akhirnya, Varo yang memecahkan keheningan tersebut.

"nanti kalau saya gak banyak kerjaan di kantor, kita langsung bisa ke rumah orang tua kamu setelah kamu selesai kelas" ujar Varo dengan panjang dan masih fokus menyetir tanpa mengalihkan pandangannya dari arah jalan.

"oke, pak" sahut Arin dengan singkat.

"nanti selesai kelas, kamu langsung hubungi saya, biar saya langsung jemput kamu" kata Varo dengan muka yang sangat lempeng.

"siap, sayang!" balas Arin dengan cepat, membuat Varo menoleh ke arah Arin yang sedang menatap jalanan dari kaca mobil.

"kamu bilang apa tadi? saya gak denger" Varo sudah memberhentikan mobilnya, karena sudah sampai di depan kampus tempat sang istri berkuliah.

"saya gak bilang apa-apa kok" Arin menjawab dengan tenang.

"yakin? gak bilang apa-apa?" tanya Varo lagi dengan alis yang terangkat satu.

"emangnya saya bilang apa sih, pak?" tanya Arin pura-pura tidak tau.

"saya gak tau!" jawab Varo dengan sedikit kesal.

"kok ngambek sih, pak?" Varo hanya diam tidak menanggapi ucapan sang istri.

"jangan ngambek gitu, sayaaannnggg..." ucapan Arin membuat Varo sedikit melengkungkan sudut bibirnya ke atas.

"siapa yang ngambek sih, sayang?" balas Varo sambil menepuk pelan pucuk kepala Arin.

"aduh! kenapa jantung gue ber-dj gini? serasa mau copot nih!" batin Arin.

"baru juga saya panggil kamu 'sayang' udah salting gitu, gimana kalau saya cium kamu? meleleh pasti kamu" goda Varo, yang melihat wajah gadis di sampingnya itu seperti kepiting rebus.

Arin melototkan mata mendengar ucapan dari Varo. "jangan macam-macam ya, pak! saya bisa bikin bapak babak belur! karena saya jago bela diri loh!" ancaman Arin bukannya membuat Varo takut, tapi malah membuat Varo tersenyum tipis mendengar penuturan sang istri.

"kenapa saya gak boleh macam-macam? kamu kan istri saya?" kata Varo dengan enteng.

"saya mau kamu jadi istri saya sepenuhnya, apa kamu bisa menjalankan kewajiban kamu sebagai seorang istri?" tanya Varo dengan begitu dalam menatap manik cantik milik sang istri.

"m-maksud bapak apa?" tanya Arin yang tiba-tiba gugup saat Varo begitu intens menatapnya.

"saya mau hak saya nanti malam" ucap Varo dengan ekspresi datar namun tetap menatap Arin dengan lekat.

"p-pak Varo, Arin takut buat ngelakuin itu" ucap Arin yang memang belum siap untuk melakukan hubungan suami istri yang biasa di lakukan oleh kebanyakan pasutri pada umumnya.

Melihat wajah gadis yang masih duduk di kursi samping kemudi dengan mata yang sudah berkaca-kaca, membuat Varo semakin tersenyum dalam hatinya. Varo tidak serius dalam ucapannya yang ingin meminta haknya nanti malam. Varo hanya bercanda. Tapi, ternyata gadis di sampingnya itu malah menganggap ucapannya serius.

Mantanku CEO, Suami pun CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang