34. CHECK UP✅

608 21 0
                                    

HALLO READERS






SEPERTI BIASA YA SAYANG SEBELUM LANJUT BACA PENCET BINTANGNYA DULU YA







SEMOGA SUKA YA SAMA PART INI









HAPPY READING






















*****

Sesampainya di dalam kamar, Varo menurunkan Arin dari gendongannya secara perlahan di atas kasur king sizenya. Varo melanjutkan kegiatannya mengelusi perut sang istri.

"mas, jangan cari tau siapa yang udah ngejebak aku di taman itu ya? karena aku gak mau masalahnya semakin panjang" pinta Arin.

"terserah kamu aja" pasrah Varo karena ia masih setia menciumi perut buncit Arin.

"kok gak gerak ya, sayang?" tanya Varo ketika menempelkan telinganya di perut Arin.

"dia lagi marah sama kamu karena tadi malam dan pagi tadi, kamu sudah meragukan dia bukan anak kamu" ujar Arin.

"masa iya, sayang?" tanya Varo dengan sedikit takut, dan rupanya Varo percaya akan ucapan dari sang istri.

"buktinya dia gak nendang, biasanya kamu elus perut aku satu kali aja dia langsung ngerespon bahkan selalu nendang kenceng kalau kamu cium perut aku" kata Arin dengan niat bercanda. Tapi, mampu membuat Varo menjadi takut. Dan Varo berpikir jika nanti anaknya akan membencinya saat sudah lahir.

"sayang, maafin papa ya, nak"

"kamu anak papa dan kamu darah daging papa, jangan marah dan benci sama papa ya, sayang" ujar Varo panjang lebar lalu mencium perut Arin dengan sayang.

"kamu kayak takut gitu, mas, kenapa?" tanya Arin.

"aku takut nanti pas dia lahir, dia benci sama aku karena ucapanku yang telah meragukan dia bukan anakku tadi" jelas Varo.

"Arin tadi cuma bercanda, kamu itu akan jadi ayah yang baik, buat apa anak kita benci sama kamu?" Varo hanya menatap sang istri yang sedang tersenyum kepadanya.

"kenapa natap aku kayak gitu?" tanya Arin dengan dahi berkerut.

"gak pa-pa" jawab Varo. Lalu, memposisikan kembali dirinya seperti semula yaitu tertidur dengan berbantalan paha Arin.

Drrtt drrtt...

Ponsel Varo bergetar. Dengan segera, Varo meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Lalu, membuka sebuah pesan yang di kirim dari sekretarisnya.

"ganggu aja!" gumam Varo.

Setelah membaca pesan dari Iqbal selaku sekretaris di kantornya, Varo merebahkan kembali tubuhnya dan berbantalan kembali pada paha Arin.

"siapa?" tanya Arin.

"Iqbal" sahut Varo dengan malas.

"ada masalah di kantor?" tanya Arin lagi.

"gak ada, sayang" jawab Varo dengan nada suara yang begitu lembut.

"biasa, Iqbal gitu kalau aku gak di kantor" lanjut Varo.

"heh! mau apa?" tanya Arin sambil menahan tangan Varo yang hendak menyingkap kaos over sizenya.

"pengen ngelus perut kamu aja" kata Varo, membuat Arin memutar bola matanya malas.

Mantanku CEO, Suami pun CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang