59. ARIN CRYING✅

352 22 1
                                    

HAPPY WEEKEND READERSKU SEMUA



UP LAGI NIH
JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA DIBAGIAN BAWAH PALING KIRI YA, SAYANG







SEMOGA SUKA YA SAMA PART INI





HAPPY READING





















*****

Sepulang dari restoran, Varo dan Vano tidak langsung pulang. Mereka mampir ke rumah sakit terlebih dahulu, untuk menemui Arin. Itu karena permintaan dari Vano. Padahal saat di restoran, Vano ingin sekali segera pulang karena merasa kenyang. Tapi, ketika sudah di pertengahan jalan menuju mansion, Vano meminta sang papa untuk mengarah ke rumah sakit. Dan Varo pun menuruti permintaan sang putra sulungnya itu.

Mereka berdua berjalan di koridor rumah sakit dengan bergandengan tangan. Hingga, banyak sekali pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan kagum. Karena tidak bisa di pungkiri, bahwa wajah keduanya sangat mirip dan lebih tepatnya sama-sama tampannya.

Ketika sudah sampai di depan ruangan sang istri, Varo membuka knop pintu ruangan tersebut. Lalu, masuk bersama sang putra yang masih setia dengan jari tangan yang bertautan. Mereka berdua mendekati brankar Arin. Di dalam ruangan yang serba putih tersebut hening, hanya ada suara alat-alat yang memantau detak jantung Arin.

Varo menaikkan sang putra pada kursi yang berada di samping brankar sang istri.

"assalamualaikum, mama cantik" salam Vano sambil mencium pipi tirus milik sang mama.

"assalamualaikum, sayang" Varo mencium wajah sang istri yang saat ini masih setia dengan mata yang terpejam.

"mama, tadi Vano habis makan ayam kecap sama papa, ayam kecapnya enak banget! tapi, masih enakan ayam kecap buatan mama" beritahu Vano di dekat telinga sang mama.

"Vano mau ayam kecap buatan mama, Vano kangen mama hiks" Vano menangis sambil memeluk tubuh sang mama yang terbaring kaku di atas brankar rumah sakit.

Varo langsung menggendong Vano dan memeluknya dengan erat. Vano semakin menangis ketika berada di gendongan Varo.

"udah, sayang, jangan nangis yaa..." Varo mengelus punggung sang putra yang bergetar hebat akibat menangis.

Vano terus menangis dengan dagu yang berada di pundak sang papa dan memeluk sang papa dengan erat. Varo yang melihat putranya seperti itu, merasakan sesak di dadanya. Varo menahan air matanya agar tidak jatuh. Tapi, itu sulit baginya. Hingga, air matanya lolos begitu saja membasahi kedua pipinya.

"sayang, kamu cepet bangun ya, lihat putra kita" Varo berkata dengan mata yang memerah karena menangis.

Vano sudah mulai berhenti menangis dan Varo duduk di kursi yang berada di dekat brankar Arin dengan Vano yang masih berada di gendongannya. Satu tangannya Varo gunakan untuk mengelus punggung sang putra yang masih bergetar dan tangan satunya Varo gunakan untuk menggenggam tangan sang istri yang tidak terpasang selang infus. Dan beberapa kali, Varo juga mencium punggung tangan sang istri dengan sayang.

"kamu gak kasihan sama Vano? apa kamu gak kasihan juga sama suami kamu ini? yang hampir tiap malam nangis?" tanya Varo. Namun, tak mendapat sahutan sama sekali dari mulut sang istri.

Mulut Arin seperti terkunci rapat dengan mata yang juga tertutup rapat.

"kamu jahat banget, sayang, udah buat aku nangis tiap malam" lanjut Varo.

Mantanku CEO, Suami pun CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang