HALLO READERS
SEBELUM LANJUT BACA KUY PENCET BINTANGNYA DULU
SEMOGA SUKA SAMA PART INI
HAPPY READING
*****
Sore hari ini, Arin sudah pulang dari rumah sakit. Jam baru saja menunjukkan pukul empat sore.
Varo menuntun Arin untuk memasuki rumah. Arin baru saja berjalan dua langkah tapi dahinya sudah berkerut. Varo yang menyadarinya langsung bertanya.
"kamu aku gendong ya?" tanya Varo.
"gak usah, mas, kalau kamu gendong aku... terus Vano gimana?" jawab Arin dengan bertanya balik kepada Varo.
"Vano aku bawa masuk dulu, terus nanti aku balik lagi gendong kamu" ujar Varo.
"kasihan kamu dong harus bolak-balik? kamu juga capek kan? apalagi kamu cuma tidur berapa jam tadi? dan pas aku mau lahiran, kamu nungguin aku sampai pagi gak tidur, kamu kurang istirahat" ujar Arin dengan sangat khawatir karena Varo juga tipe orang yang kalau kurang tidur pasti akan merasa pusing seharian. Bahkan sekarangpun Varo merasakan pusing.
"kamu pusing ya, mas, sekarang?" tanya Arin dengan nada khawatir.
"emmm... dikit sih pusingnya, udah, aku gak pa-pa, sayang" ujar Varo meyakinkan.
"ya udah ayo masuk, Arin jalan aja" Varopun hanya mengangguk saja.
"sayang, jalannya pelan-pelan aja" Varo melingkarkan tangan kanannya ke pinggang Arin dan tangan kirinya membawa tas yang berisi barang-barang Arin dari rumah sakit.
Ketika sudah berada di dalam rumah, Varo memberhentikan langkah saat akan menaiki tangga menuju ke lantai dua.
"kenapa berhenti, mas?" tanya Arin.
"kamu bisa naik tangga?" tanya balik Varo.
"bisa, tuntun Arin aja" kata Arin.
Arin jalan sangat pelan menaiki tangga menuju ke lantai dua dengan Vano di gendongannya. Varo yang berada di samping Arin dengan sabar menuntun sang istri yang jalannya sangat lama bahkan lebih lama dari seekor siput.
"kalau kamu jalan kayak gini, siput aja kalah, sayang" goda Varo.
"kamu kira Arin suka jalan kemayu gini?" balas Arin dengan sedikit sewot.
"biasa aja dong, sayaaang, aku kan cuma bercanda?" ujar Varo.
"Arin lari aja ya, mas?" tanya Arin dengan santainya dan langsung mendapat pelototan dari Varo.
"jangan ngada-ngada kamu ya, sayang! mau pendarahan sekarang, hm?" tanya Varo dengan tatapan intimidasi.
"YA ENGGAKLAH, MAS!" pekik Arin, membuat Varo mengusap telinganya yang berdengung akibat teriakan Arin.
"sungguh suara istriku sangat merdu" batin Varo.
"jangan teriak, sayang, untung Vano gak nangis" ujar Varo dan Arin hanya cengengesan.
"terus kenapa tadi mau lari?" tanya Varo.
"ya abisnya Arin tuh gak omes tau, mas, jalan kayak gini, sok cantik banget tau jalannya! Arin aja pas kuliah dulu kalau naik turun tangga pasti lari" ujar Arin panjang lebar dengan sedikit nada sebal.
[gak omes = tidak sabar]
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku CEO, Suami pun CEO
Teen FictionJika ada ✅ berarti SELESAI REVISI Part 64 sampai end, author unpublish dulu ⚠FOLLOW DULU YA GUYS SEBELUM BACA⚠ ☡jangan lupa vote ya di setiap chapter yang sudah kalian baca☡ Part awal² mungkin nge-bosenin, tapi semoga untuk part selanjutnya kalian s...