47. MERCHANDISE✅

457 16 1
                                    

HALLO READERS, UP AGAIN NIH



JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA DULU YA SEBELUM LANJUT BACA


SEMOGA SUKA YA SAMA PART INI




HAPPY READING





















*****

Sudah 2 minggu berlalu. setelah Arin pulang dari rumah sakit, akhir-akhir ini Varo sering lembur karena pekerjaan yang menuntutnya untuk pulang malam.

Hari ini pun, Varo masih belum pulang. Bahkan, jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam.

Arin berada di dalam kamarnya setelah membuatkan susu untuk sang anak.

Kali ini, Vano tidur di kasur king size bersama Arin. Arin merasa sangat lelah hari ini. Sehingga, ia ikut merebahkan dirinya di samping sang putra tampannya itu.

Tepat jam 10 malam, Varo baru sampai di rumah. Varo memang punya kunci cadangan. Sehingga, jika dirinya pulang larut malam, ia tidak harus membangunkan sang istri untuk membukakannya pintu.

Varo membuka pintu kamarnya. Melihat istri dan sang anak sedang tertidur pulas dengan sang istri yang memeluk sang putra dari samping.

Arin yang mendengar suara knop pintu di buka, ia mengerjapkan matanya. Dan melihat Varo baru saja pulang dari kantor.

"udah pulang, mas?" tanya Arin.

Kemudian, Arin bangun dari tidurnya dan menghampiri Varo. Lalu, mencium punggung tangan Varo.

"hm" Varo hanya bergumam.

Varo menarik kepala Arin pelan dan mendaratkan bibirnya pada kening Arin.

Cup

Varo hanya mencium kening Arin singkat. Lalu, berpindah ke pipi dan berakhir pada bibir tipis Arin.

"issshh udah! kebablasan nanti kamu" omel Arin setelah berhasil mendorong dada bidang Varo.

"gak akan, sayaaang" mendengar suara manja Varo, membuat Arin hanya memutar bola matanya.

"Vano udah tidur, sayang?" tanya Varo sambil melirik sang putra yang ada di atas kasur king size miliknya.

"udah, tadi soalnya nangis pas mau aku taruh di box bayi, ya udah deh akhirnya Vano tidur di kasur" jelas Arin.

"kok malem banget, mas, pulangnya?" tanya Arin sambil melirik jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 10 lewat 5 menit.

"tadi banyak banget pekerjaannya" Varo memijat pelipisnya.

"jangan capek-capek, mas" ucap Arin sambil melepaskan dasi pada leher Varo.

"aku tau pekerjaan kamu memang sepenting itu, tapi maaf jika aku egois, apa aku boleh minta kamu buat gak lembur lagi?" tanya Arin sambil menatap Varo yang lebih tinggi darinya.

Mantanku CEO, Suami pun CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang