20. ARIN MUAL✅

874 30 1
                                    

HALLO READERS UP LAGI NIH

JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA DULU YA SEBELUM LANJUT BACA


SEMOGA SUKA SAMA PART INI YA SAYANG



HAPPY READING











*****

Satu bulan telah berlalu. Sekarang, luka tusuk Arin sudah sembuh. Arin sudah beraktifitas seperti biasa tanpa perlu repot-repot lagi mengganti perban di punggung bagian bawahnya.

"mas Varo, kita sholat subuh dulu" ujar Arin, yang membangunkan sang suami.

Varo bangun dan langsung ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Tumben sekali suaminya itu sekali di bangunin langsung terbangun. Biasanya nunggu sampai Arin mencubit kecil lengan Varo, baru Varo akan terbangun.

Arin dan Varo melaksanakan sholat subuh berjamaah seperti biasa. Selesai sholat, Arin mencium punggung tangan Varo. Dan seperti biasa pula, Varo mencium kening Arin.

Pada saat selesai berdoa, Arin melipat mukenah dan sajadah, tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Varo yang menyadari sang istri memegangi kepala, lantas bertanya.

"kamu kenapa, sayang?" tanya Varo yang berada di samping Arin sambil memegangi kedua pundak sang istri.

"gak tau, tiba-tiba kepala Arin pusing" sahut Arin dengan memegangi kepalanya yang semakin pusing.

"ya udah istirahat aja" titah Varo.

"Arin mua-" belum sempat Arin melanjutkan ucapannya, ia sudah berlari ke arah kamar mandi dengan kepala yang sangat pusing.

"ueekkk uwekk" Arin mual. Namun, tidak ada yang di muntahkan. Perut Arin serasa di kocok.

Varo menghampiri Arin yang sedang berada di wastafel kamar mandi.

"kamu kenapa, sayang? sakit?" tanya Varo yang mulai khawatir.

"gak tau, kepala Arin berat banget" Arin memegangi kepalanya.

"uwekkk uwekkk, Arin mual banget, mas, badan Arin tiba-tiba lemes" ujar Arin yang hampir saja terjatuh jika Varo tidak ada di belakangnya untuk menahan tubuhnya.

"ya udah kamu istirahat ya?" saran Varo dengan lembut.

"bentar dulu, Arin masih mua- uwekkk huwekkk" Arin sangat mual dan tidak ada tenaga.

Varo memijit tengkuk leher Arin. Arin masih terus saja merasa mual.

"kepala Arin pusing banget, uwg uwg" Arin ingin muntah kembali namun terasa tertahan.

"masih mau muntah?" tanya Varo.

Arin menggelang lemah sebagai jawaban. Varo mengambil air dari kran wastafel. Lalu, membasuh mulut Arin dengan tangannya.

"maaass..." panggil Arin dengan sangat lemas.

"hm" sahut Varo dengan deheman.

"kamu gak jijik basuh mulut aku yang habis muntah?" tanya Arin.

"meskipun aku gak ada yang di muntahin seperti makanan, tapi kok kamu bersihin mulut aku pakai tangan kamu?" imbuh Arin.

"emangnya kenapa kalau aku bersihin mulut kamu pakai tangan aku? dan kenapa aku harus jijik? kamu itu istri aku, sayang" balas Varo dengan sangat lembut.

Arin yang mendengar penuturan dari suaminya itu, merasa sangat bersyukur. Karena, Varo sangat peduli dengannya. Sangat menyayanginya. Dan tentunya sangat mencintai dirinya.

Mantanku CEO, Suami pun CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang