HALLO READERS APA KABAR SEMUA
SEPERTI BIASA YA SAYANG SEBELUM LANJUT BACA PENCET DULU BINTANGNYA YA
SEMOGA SUKA SAMA PART INI
HAPPY READING
*****
Usia kandungan Arin sudah memasuki lima bulan. Varo semakin melarang Arin untuk melakukan pekerjaan rumah. Ia ingin menyewa ART. Namun, Arin tidak mau. Arin tetaplah Arin yang selalu keras kepala. Arin tidak ingin ada ART jika dirinya masih mampu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri.
"sayang, kita pakai ART ya? biar kamu gak capek bersih-bersih rumah" ujar Varo ketika di meja makan.
"gak usah, mas, aku masih bisa kok kerjain tugas rumah, itu kan sudah jadi tugas aku?" jawab Arin sambil tersenyum ke arah Varo.
"tapi, aku gak mau kamu capek, dan aku juga gak mau anak aku kenapa-napa" ujar Varo lagi.
"aku gak capek kok, mas, lagian namanya seorang istri itu sudah kewajibannya memasak, membersihkan rumah, cuci baju dan lain sebagainya" jelas Arin.
"sayang, aku menikah sama kamu buat jadiin kamu istri aku bukan pembantu aku" kata Varo yang memandang manik mata Arin dengan dalam.
Arin tersenyum mendengar ucapan dari pria yang bergelar suaminya itu. "aku tau kok, mas, tapi itu sudah jadi tanggung jawab aku sebagai istri" ucap Arin dengan lembut.
"ya sudah, aku ambilin nasinya ya?" Varo mengangguk kecil.
"mau lauk apa, mas?" tanya Arin.
"ayam kecap sama tumis kangkungnya" tunjuk Varo pada makanan yang ia sebut tadi.
"ini, mas, selamat makan" Arin menyerahkan piring yang sudah terisi oleh nasi, ayam kecap dan tumis kangkung kepada Varo.
"makasih, sayang" ucap Varo dengan tersenyum ke arah istri tercintanya.
"sama-sama" balas Arin yang juga dengan tersenyum manis.
Varo dan Arin melaksanakan sarapan pagi dengan khidmat dan lancar.
*****
Varo mensejajarkan tingginya dengan perut Arin ketika selesai sarapan. "sayang, papa kerja dulu ya... jagain mama" kata Varo sambil mengelus perut Arin. Lalu, menciumnya.
"iya, pa... aku akan jaga mama" balas Arin dengan suara seperti anak kecil.
Varo mendongak ke arah sang istri dan tersenyum. Begitu juga dengan Arin, yang membalas senyuman dari sang suami. Lalu, Varo berdiri dan menatap wajah ayu istrinya itu.
Cup
Varo menempelkan bibirnya pada bibir sang istri. Arin terjingkat kaget karena Varo tiba-tiba menciumnya. Arin memukul dada bidang Varo saat Varo tak segera mengakhiri aksinya.
"kamu mau bunuh Arin?!" ucap Arin dengan nafas yang memburu. Sedangkan Varo, hanya tersenyum kemenangan.
Varo menyentuh bibir tipis sang istri dengan jari jempolnya. Arin meringis saat jari jempol Varo mengusap bibirnya.
"sayang, maaf" ujar Varo ketika melihat bibir sang istri yang sedikit berdarah karena ulahnya tadi.
"udah, kamu berangkat aja ke kantor, entar telat" kata Arin sambil melirik jam dinding di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku CEO, Suami pun CEO
Fiksi RemajaJika ada ✅ berarti SELESAI REVISI Part 64 sampai end, author unpublish dulu ⚠FOLLOW DULU YA GUYS SEBELUM BACA⚠ ☡jangan lupa vote ya di setiap chapter yang sudah kalian baca☡ Part awal² mungkin nge-bosenin, tapi semoga untuk part selanjutnya kalian s...