YUHUUU UP NIH GUYS YUK BACA
JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA DIBAGIAN BAWAH PALING KIRI YA SAYANG
SEMOGA SUKA SAMA PART INI YA READERS
HAPPY READING
*****
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Kini, putra sulung dari seorang CEO tampan yakni Varo Febrian Adyatama dan Arinta Larasati telah berusia 3 tahun. Dan Arin sedang mangandung calon anak keduanya.
Vano memang masih berusia 3 tahun. Namun, dia sangat lancar dalam berbicara. Tidak ada cadel sama sekali setiap kali berbicara.
Varo dua tahun yang lalu telah membeli sebuah mansion mewah yang kini ia tempati bersama keluarga kecilnya. Alisya ataupun Fahri sudah lama tidak mengganggu Varo maupun Arin selama 2 tahun terakhir.
"sayang, jangan lari-lari, nanti kamu jatuh, nak" peringat Arin kepada sang putra.
Vano terus lari-larian di dalam mansion. Namun naas, ketika Vano berlari ingin menghampiri Arin yang sedang duduk di sofa, Vano menginjak mainannya sendiri yang berserakan di lantai. Hingga...
"mamaaa..." teriak Vano saat tak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
Bruk
"SAYANG!" pekik Arin.
Arin bangkit dari duduknya dengan kesusahan karena perut besarnya. Arin ingin sekali berlari, takut terjadi sesuatu dengan sang putra. Tapi, dia juga takut terjatuh jika berlari.
Arin menghampiri sang anak yang tak jauh dari dirinya dengan langkah pelannya. Sebisa mungkin Arin menumpukan lututnya di lantai dan membantu sang putra untuk bangkit dari jatuh tersungkurnya.
"pegang tangan mama, ayo berdiri, sayang" Arin mengulurkan tangannya kepada sang putra yang tersungkur di lantai. Arin tidak bisa berjongkok untuk membangunkan Vano karena ia sangat kesulitan dengan perut besarnya itu.
"m-mama hiks..." Vano menangis dengan menatap Arin.
"udah gak boleh nangis, anak cowok gak boleh cengeng" ucap Arin.
"hiks... ma-af hiks" ucap Vano sesegukkan.
Arin menuntun Vano duduk di sofa ruang tengah.
"mama kan tadi udah bilang? jangan lari-larian, kamu udah gak mau nurut sama mama?" tanya Arin dengan menatap sang putra.
"maaf, ma" ucap Vano sambil menundukkan kepala.
"kali ini mama maafin, kamu tau kan kalau mama lagi hamil adik kamu? mama gak bisa langsung lari bantu kamu biar gak jatuh kayak tadi, mama gak bisa, nak, kamu ngerti kan? mama gak mau Vano terluka" ujar Arin panjang lebar.
"jangan lari-larian lagi, kalau jatuh lagi gimana?" ujar Arin dengan nada yang terdengar masih sangat khawatir.
"iya, ma, Vano gak bakal lari-larian lagi" kata Vano menyesal.
"ada yang sakit, sayang?" tanya Arin dengan memeriksa tubuh kecil Vano mulai dari wajah, tangan, lengan, hingga kaki.
"gak ada, ma, maaf udah buat mama khawatir" ucap Vano dengan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku CEO, Suami pun CEO
Teen FictionJika ada ✅ berarti SELESAI REVISI Part 64 sampai end, author unpublish dulu ⚠FOLLOW DULU YA GUYS SEBELUM BACA⚠ ☡jangan lupa vote ya di setiap chapter yang sudah kalian baca☡ Part awal² mungkin nge-bosenin, tapi semoga untuk part selanjutnya kalian s...