Emotional

1.1K 177 6
                                        

________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________

"Arghhh. Sagara sialan! Hidup gue yang nggak tenang ini, makin menjadi sejak kehadiran lo!"

Gadis itu membanting pelan dan asal ponsel miliknya di sofa. Kemudian, ia mengacak rambutnya hingga berantakan. Kekesalan tergambar jelas di setiap sudut wajahnya.

"Kamu kenapa lagi, Nak? Raut wajah kamu kelihatan lebih murung dari sebelumnya." Wanita itu bertanya karena melihat Sahara yang mendadak marah bahkan membanting pelan ponselnya.

"N-nggak apa-apa, Ma. Sahara mau pergi dulu," dalihnya seraya bangkit menuju kamar untuk mengambil tas selempangnya.

Helen terdiam bingung melihat aksi anaknya itu. Terlihat dari gelagatnya yang menggeleng pelan berkali-kali.

Tak lama kemudian, Sahara sudah keluar dari kamar dengan penampilan rapi. Tak lupa juga tas selempangnya yang selalu ia bawa untuk menyimpan ponsel maupun benda kecil lainnya.

"Sahara pamit dulu, Ma," ucapnya kemudian mengambil tangan Helen untuk ia cium.

"Memangnya kamu mau kemana, Ra? Udah sore loh, ini. Tumben kamu bawa botol minum segala, biasanya juga nggak pernah. Kecuali sekolah," tanya sang ibu saat menyadari ada botol minum di tangan putrinya.

Sahara mengangkat pelan botol minum itu ke udara. Berpikir sejenak mengapa ia membawa benda itu saat mau pergi. Seketika, bayang-bayang wajah Sagara muncul di botol minum itu. Pria itu terlihat tertawa kegirangan, tak lama berubah menjadi sosok menyeramkan yang hendak menerkam.

Sontak tubuh gadis itu menggetar kaget. Ia kemudian memukul-mukul pelan kepalanya. Bisa-bisanya ia membayangkan wajah Sagara yang menyebalkan itu. Benar-benar memancing emosi.

"Hmm, i..tu Ma. Sahara mau ke rumah temen. Di rumahnya lagi kehabisan air, makanya Sahara mau bawain minum. Kasian kan, Ma, kalau harus mati karena kehausan," alibinya agar sang Ibu tidak curiga.

Jika saja ibunya mengetahui ia melakukan ini karena terikat utang, tentu ibunya tidak akan membiarkan itu, dan pasti akan berusaha keras untuk membantunya. Sahara tidak ingin semakin membebankan ibunya. Mengenai uang semester kemarin saja, ia harus berbohong dengan dalih pihak sekolah memberikannya fasilitas gratis atas prestasinya yang beberapa kali memenangkan kontes kecantikan.

Otak Sahara mungkin tak seberapa. Namun, kecantikannya tidak perlu di ragukan lagi. Cantik itu relatif, sepertinya tidak cocok untuk seorang Sahara Olivia. Karena, siapapun yang pernah melihatnya, meski hanya sekali pasti akan terpukau dan memuji kecantikannya. Untuk seorang Sahara, kecantikan adalah mutlak.

"Ya sudah. Kamu hati-hati, ya. Jangan malam-malam pulangnya. Nggak baik anak gadis keluyuran malam, apalagi sendirian," nasehat sang ibu dan langsung di balas anggukan oleh Sahara.

"Siap, Ma. Nanti Sahara kabarin kalau udah mau pulang," sahutnya dengan mengangkat tangan kanan menyerupai hormat.

Gadis itu kemudian berlari kecil untuk keluar rumah. Ia sudah memesan ojek online, hanya tinggal menunggu saja. Kebetulan, rumahnya saat ini berada sedikit masuk ke dalam gang. Sehingga, ia harus menunggu di depan gang agar lebih mudah menunggu ojek.

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang