Suasana pagi ini cukup cerah. Mentari keluar dari tempat persembunyian sedikit lebih cepat sebelum waktunya.
Entah apa yang membuat seorang gadis pemilik nama Sahara nampak berseri-seri sekaligus ceria. Bahkan, ia menuangkan nasi yang cukup banyak ke piring makannya.
"Kakak kesambet, ya?" Tanya Ghafi keheranan.
Helen dan juga Candra pun saling menampilkan raut wajah bertanya-tanya. Pasalnya, sudah lama Sahara tidak seperti ini. Sudah beberapa bulan ini, Sahara hanya hidup bagai seonggok manusia yang tak lagi memiliki harapan.
"Sembarangan kamu! Kakak kan memang seperti ini setiap harinya," sahut gadis itu sebelum memindahkan sambal telur dan gulai ikan ke dalam piringnya.
"Biasanya juga kayak jeruk nipis, asem," ledek Ghafi berdasarkan apa yang ia lihat selama ini.
Terkadang, Sahara memang terlihat kembali ceria pada moment tertentu. Namun, tidak seceria ini sampai-sampai nafsu makannya meningkat seribu persen.
"Apa karena Sagara, makanya kamu seperti ini, Nak?" Celetuk sang ayah dan hampir membuat Sahara tersedak.
Uhuk
"B---bukan, Pa. Ini nggak ada hubungannya sama laki-laki nyebelin itu."
"Durhaka banget sama calon suami," sambung Ghafi dengan santainya.
"Tahu apa kamu soal suami-suamian? Mending kamu belajar yang bener, biar mulutnya nggak nyebelin," jawab sang Kakak tak mau kalah.
"Biarin. Mulut Kakak juga nyebelin."
Helen berusaha melerai perdebatan itu. Tidak heran lagi, dua manusia itu memang sering adu mulut. Namun, sepertinya sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk saling beradu. "Sudah. Nanti saja di lanjut debatnya. Sekarang, ayo habiskan makanan kalian."
Ghafi menjulurkan lidahnya mengejek, Sahara yang tak mau kalah pun membalas ledekan itu. Benar-benar tidak ada lelah dan habisnya.
Setelah teguran itu, hanya terdengar suara dentingan sendok yang saling berlaga dengan piring. Masing-masing fokus pada makanan di hadapannya. Lebih baik menghabiskan seluruh makanan terlebih dahulu sebelum melakukan pembicaraan. Karena, itu adalah etika terpenting saat makan.
Tak lama kemudian, keluarga gadis itu sudah menghabiskan sarapannya. Terlebih dahulu, Sahara membantu sang ibu untuk membereskan piring dan beberapa barang lain yang ada di meja.
Hal itu sudah ia lakukan selama satu bulan belakangan ini. Latihan menjadi seorang istri, kata ibunya. Sahara juga mencoba mengerjakan beberapa pekerjaan yang sebelumnya tak pernah ia lakukan. Tidak pernah di sentuh sama sekali. Seperti mencuci piring, menyapu rumah, menyapu halaman, memasak air, memasak nasi, dan sedikit membantu ibunya memasak lauk dan sayuran. Meskipun, banyaknya ia hanya memantau dan melihat Helen yang mengerjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
180° [END]
Novela Juvenil🌼 Follow akunku sebelum membaca! 🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL! 🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir. 🌼 Jangan lupa vote dan komen saat membaca, agar Author tahu kalian benar-benar ada dan nyata. Blurb : Apa jadin...