🌼 Follow akunku sebelum membaca!
🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL!
🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir.
🌼 Jangan lupa vote dan komen saat membaca, agar Author tahu kalian benar-benar ada dan nyata.
Blurb :
Apa jadin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis malang itu masih tergeletak di lantai. Kejadian kemarin benar-benar menguras habis tenaganya. Ia masih tertidur pulas, padahal mentari sudah cukup lama menyinari bumi. Wajahnya nampak begitu kacau. Mungkin karena tangisnya yang begitu lama kemarin.
Gemuruh langkah kaki nampak menghampirinya. Dia Sagara. Pria itu baru pulang setelah kemarin malam bersama Gracia.
Sagara terkejut melihat istrinya yang tergeletak tidak karuan di lantai. Dengan sigap ia menghampiri. Pria itu menatap lekat wajah Sahara. Tangannya beralih pada anak-anak rambut yang menutupi wajah gadis itu. Sagara menyingkirkannya, wajah gadis itu nampak sembab sekali.
Kedua tangan kekarnya tidak ia biarkan begitu saja. Pria itu membawa Sahara ke dalam gendongannya. Dengan sangat pelan ia mengangkat tubuh gadis itu, juga dengan hati-hati agar tidak membangunkan Sahara.
Pria itu membawa Sahara ke dalam kamar, lalu meletakkan tubuhnya di kasur. Sagara kembali mengamati wajah gadis itu. Kali ini, ia juga mengelus lembut pipi Sahara.
"Seandainya, lo dulu nggak angkuh dan jatuhin harga diri gue, gue nggak akan mungkin ngelakuin ini ke lo," gumamnya dengan sangat pelan. Jangan lupakan tangannya yang masih setia mengelus puncak kepala gadis itu.
"Melihat lo lemah seperti ini, ambisi gue semakin besar untuk ngancurin hidup lo!"
Sagara tersenyum dengan menyunggingkan bibirnya sedikit ke atas. Matanya seperti di hiasi begitu banyak amarah dan dendam.
"Mau gue kasih tahu satu fakta, nggak?" Lagi-lagi ia berbicara sendiri dengan Sahara yang masih pulas di depannya.
"Perasaan yang gue bilang ke lo, itu jujur. Gue cinta sama lo. Tapi, kebencian gue ternyata jauh lebih besar ketimbang perasaan gue buat lo."
Perasaannya tidak bisa di ragukan, namun dendamnya juga tidak bisa di abaikan. Pria itu mencintai Sahara, itu fakta. Namun dendamnya masih bersarang karena masa lalu yang membuatnya begitu terluka.
Sagara tidak akan melukainya secara fisik, ia tahu ia tidak akan mampu. Pria itu akan menghancurkan Sahara melalui perasaannya. Sagara tahu, gadis itu sudah sangat mencintainya. Merusak batinnya adalah cara yang paling terbaik.
Luka fisik bisa sembuh, tapi luka hati? Luka batin? Siapa yang bisa menjamin itu. Semua orang tahu, luka yang paling menyakitkan adalah luka yang tak kasat mata, tapi pedihnya begitu sangat terasa.
"Jadi, biarin gue mainin lo sampe gue puas dan berhenti dengan sendirinya!"
Usai mengatakan itu, Sagara di buat kaget dengan wanita di depannya yang mulai membuka mata. Matanya mengerjap-ngerjap dengan tangannya yang memegangi pelipisnya yang pusing.
Pria itu terkesiap bangkit saat Sahara berhasil membuka matanya dengan sempurna. Semoga saja gadis itu tidak mendengar ocehannya.
Sagara gelagapan, tubuhnya nampak tak tenang. Seperti orang ketangkap basah. Sahara mulai mengangkat tubuhnya pelan, lalu bersandar di kepala ranjang.