🌼 Follow akunku sebelum membaca!
🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL!
🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir.
🌼 Jangan lupa vote dan komen saat membaca, agar Author tahu kalian benar-benar ada dan nyata.
Blurb :
Apa jadin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pemakaman seluruh anggota keluarga Sahara, berjalan dengan lancar. Saat ini, gadis itu sudah kembali ke kediaman Damar bersama orang-orang lainnya yang turut serta mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Banyak orang berdatangan tak henti-hentinya. Seluruh kerabat dari keluarga Sahara maupun keluarga Sagara, banyak yang hadir untuk mengucap belasungkawa. Apa Sagara hadir? Tidak! Pria itu bahkan belum menampakkan wujudnya sama sekali.
Pengurusan jenazah memang sengaja dilakukan di rumah Damar, itu permintaan Sahara. Karena gadis itu tidak ingin semakin berat melepas anggota keluarganya jika kembali ke rumah mereka.
Sahara seperti mayat hidup yang berjalan tanpa arah. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya berantakan dan matanya yang begitu sembab karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.
Suara tangisan masih menggema jelas di penjuru ruangan. Setiap ada kerabat yang datang, Sahara pasti akan langsung histeris dan tak mampu menahan tangisnya. Amara begitu setia mendampinginya. Kemanapun gadis itu pergi, Amara selalu ada di sampingnya. Amara selalu menguatkannya. Amara selalu meyakinkan hatinya bahwa semua yang terjadi ada alasannya.
Selain Amara, rupanya Lisa ada disana. Sahabatnya sejak SMA, ia begitu setia berada di dekat Sahara untuk memberinya kekuatan. Lisa sudah begitu akrab dengan anggota keluarga sahabatnya itu. Gadis itu benar-benar tidak percaya harus menghadapi kenyataan pahit seperti ini. Apalagi, kenyataan itu harus di alami oleh sahabat karibnya. Benar-benar membuat hatinya ikut terluka.
“Ra, makan dulu. Kamu belum makan dari kemarin sayang.”
“Iya, Ra. Kamu makan dulu, ya? Nanti kamu sakit loh, kasian anak di perut kamu. Aku suapin ya, mau?" Sambung Lisa meyakinkan sahabatnya.
Sahara menggeleng lemah dengan matanya yang sayu parah. Bukan cuma sekali, dua wanita itu sudah menawarkannya berulang kali. Jawabannya tetap sama. Sahara hanya menggeleng dan tidak mengeluarkan suara.
Gadis itu memeluk foto keluarganya. Sesekali ia mengelus lembut setiap wajah anggota keluarganya yang nampak tersenyum dengan bahagia. Air matanya terus keluar dan berjatuhan mengenai foto. Rasanya, air mata Sahara tak kunjung kering meski entah sudah berapa kali jatuh.
“Saharaaaaa, sayang. Bilang sama Nenek kalau ini semua nggak nyata, kan? Hati Nenek hancur begitu mendengar kabar mengejutkan ini,” histeris wanita tua itu begitu sampai di sana.
Sahara membalas pelukan sang nenek, ia kembali menguatkan tangisnya untuk yang kesekian kali. “Mama, Papa, Ghafi. Mereka semua udah nggak ada, Nek. Mereka semua pergi ninggalin Sahara sendirian. Hiks.”
Tangisan itu semakin kencang saat anggota keluarga yang lain turut bergabung dalam pelukan. Mereka semua masih tidak percaya. Pasalnya, beberapa waktu lalu mereka masih berkumpul bersama. Tertawa, bercanda, berbagi cerita. Mereka semua masih melakukannya dalam waktu yang belum lama.
“Tante juga nggak nyangka, belum lama ini Tante bertemu mereka. Mereka janji mau mampir ke rumah baru Tante lain waktu. Tapi yang terjadi, mereka ingkar janji dan malah memilih pergi. Mereka nggak akan pernah kembali lagi, hiks.”