Hurt

1.3K 186 30
                                    

"K--kamu? Ngapain disini?" Suara Sahara terdengar bergetar, pun juga kakinya yang mendadak mati rasa dan sukar berdiri dengan sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"K--kamu? Ngapain disini?" Suara Sahara terdengar bergetar, pun juga kakinya yang mendadak mati rasa dan sukar berdiri dengan sempurna.

Wanita dengan piyama merah muda itu menoleh ke belakang. Kemudian, ia berjalan menghampiri Sahara lalu mengitari gadis itu seraya memainkan rambutnya yang basah.
"Hi. Apa kabar?" Ucap gadis itu tanpa menjawab pertanyaan Sahara sebelumnya.

Sahara masih membeku, tidak yakin apa yang ia lihat sekarang adalah kenyataan. Gadis itu mengamati sekitar, mencari keberadaan suaminya. Sayang, Sahara tidak melihat keberadaan lelaki itu sedikitpun.

"Mengapa kamu ada disini?"

"Gue yang bawa dia kemari," sambung Sagara tiba-tiba yang keluar dari arah dapur.

Lelaki itu membawa satu gelas teh hangat di tangannya. Segera ia berikan kepada Gracia, wanita yang ia bawa ke apartemen. "Ini buat lo. Minum, biar nggak masuk angin!"

Sahara terdiam menyaksikan itu. Pemandangan macam apa ini? Mengapa Sagara membawa perempuan lain ke dalam apartemennya? Terlebih, perempuan itu adalah Gracia. Wanita yang selalu mengusik dan tidak mau kalah dari Sahara.

Tidak mau larut dalam kebingungan, gadis itu segera menarik pergelangan tangan suaminya. "Ikut. Ada yang mau aku omongin."

Sagara menurut, ia mengikuti istrinya dari belakang. Wanita itu rupanya membawa Sagara ke dalam kamar. Ia ingin berbicara berdua. Empat mata.

"Maksud kamu apa bawa dia kemari, Ga?" Tanya gadis itu dengan lembut saat sudah berada di kamar.

"Ya, nggak ada maksud apa-apa. Gue ketemu dia di jalan. Dia kehujanan, basah kuyup. Jadi, gue tolongin dia," sahutnya dengan lantang.

Sahara menghembuskan nafasnya kasar. Hatinya berusaha menahan amarah. Ia tidak boleh kelepasan apalagi sampai berbicara dengan nada tinggi kepada suaminya.

"Niat kamu baik. Tapi, apa harus kamu bawa dia kesini? Bawa perempuan lain saat aku nggak ada di rumah, kamu pikir itu baik? Enggak, Ga."

"Terserah gue lah. Apartemen gue, kenapa lo yang sewot?"

"Hufft. Lagi, kenapa kamu kasih piyama aku ke dia? Itu piyama kesayangan aku. Piyama itu yang pertama kali kamu kasih ke aku setelah insiden acara tahunan di sekolah," lirihnya sendu.

Benar, piyama yang di pakai oleh Gracia adalah piyama yang pertama kali ia dapat dari Sagara. Piyama itu sangat berarti untuknya. Sagara tahu itu. Tapi, kenapa ia malah meminjamkannya kepada perempuan lain?

Hati kecil Sahara sakit. Itu pasti. Namun, menyuarakan rasa sakit di situasi seperti hanya akan membuatnya lelah dan tidak menghasilkan apa-apa.

"Gue bisa beliin lo yang baru. Berapa pun yang lo mau bisa gue beli. Ribet banget!"

"Tunggu. Mau kemana kamu?" Tanya Sahara saat melihat Sagara yang hendak pergi meninggalkan kamar.

"Gue mau anterin Cia pulang."

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang