Bad News (2)

1.6K 167 4
                                    

Harap membaca dengan sepenuh hati, bila perlu putar musik sendu supaya lebih menusuk ke relung hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harap membaca dengan sepenuh hati, bila perlu putar musik sendu supaya lebih menusuk ke relung hati.

Happy Reading!

------

Kerinduan yang selama ini terpendam, mereka menyuarakannya dengan cinta. Dendam dan kebencian, seolah menepi sekejap tergantikan oleh cinta. Ternyata benar, cinta memang bisa membuat orang menjadi gila dan lupa akan semua.

Keduanya terkesiap kaget saat tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan. Sontak Sagara berdiri lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Raut wajahnya gelagapan karena aktivitasnya tertangkap basah. Terlebih, yang memergoki mereka adalah Amara dan Damar, orang tuanya.

Selain lelaki itu, rupanya Sahara pun ikut terkejut. Ia bahkan segera membalikkan badannya ke arah lain kemudian menggigiti jemarinya karena malu.

“Ma, Pa. Udah dari tadi di sini? Kenapa nggak bilang dulu sama Sagara kalau mau kesini,” tanya lelaki itu dengan gelagat salah tingkah.

Amara hanya tertawa, sejujurnya ia senang melihat pemandangan yang baru saja ia saksikan. “Nggak kok, baru sampai aja. Kamu kenapa gugup gitu? Mama nggak lihat apapun kok. Iya kan, Pa? Papa juga nggak lihat apapun kan?” Wanita itu menyenggol lengan suaminya seolah memberikan isyarat tertentu.

Damar yang sedikit terkejut karena lengannya di sentuh tiba-tiba akhirnya bersuara. “I—iya. Papa nggak lihat apapun, kok.”

Amara memberikan tanda jempol kepada suaminya, sedangkan sejoli yang tertangkap basah itu masih betah tersipu malu satu sama lain.

Sebenanya, Amara masih sangat kesal pada Sagara. Karena lelaki itu belum juga menepati janjinya untuk berbaikan dan membawa Sahara kembali dalam rumahnya. Amara juga kecewa karena Sagara lalai hingga menyebabkan Sahara menjadi celaka. Tapi melihat hal yang baru saja terjadi, entah mengapa wanita itu merasa akan ada kesempatan lagi untuk kebahagiaan anaknya.

Tak ingin semakin memperpanjang kecanggungan disana, Amara dan suaminya segera berjalan mendekati Sahara. Karena memang tujuan kedatangan mereka kesini adalah untuk menjenguk dan melihat bagaimana kondisi menantunya.

“Gimana keadaan kamu, sayang? Masih sakit? Mama syok banget saat Sagara kasih kabar tentang kamu. Mama mau langsung kesini kemarin malam, tapi Sagara bilang jangan dulu karena hari udah larut malam,” seru Amara mengkhawatirkan menantunya.

Sahara membalikkan tubuhnya perlahan. Gadis itu juga berusaha untuk bangkit, namun di larang oleh Sagara karena kondisi tubuhnya yang masih sangat lemah. Alhasil, sahara hanya terbaring pasrah di brankar.

“Sedikit mendingan, Ma. Tapi, perut Sahara masih sakit banget. Rasanya perih, di gerakin sedikit aja pedihnya minta ampun,” lirihnya parau.

Wajah Sahara masih nampak sangat pucat, seperti tidak ada darah yang mengaliri tubuhnya. Wajar saja, gadis itu kehilangan banyak darah kemarin. Entah fisiknya yang kuat atau semangat hidupnya yang besar, keadaan Sahara saat ini nampak baik-baik saja meski nyawanya di ambang kematian kemarin.

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang