🌼 Follow akunku sebelum membaca!
🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL!
🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir.
🌼 Jangan lupa vote dan komen saat membaca, agar Author tahu kalian benar-benar ada dan nyata.
Blurb :
Apa jadin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sore hari, di lapangan badminton milik keluarga Sagara. Lelaki itu bermain badminton dengan ketiga temannya yakni Aldino, Arhan dan Samuel. Mereka bermain ganda dan di pisahkan oleh sebuah net yang berada di tengah lapangan.
Anak-anak rambut mereka tampak basah, bajunya pun sudah lembab karena keringat. Lincah sekali tangan mereka saat mengayunkan raket lalu kemudian memukul kok. Pertarungan yang sangat sengit. Kedua tim tidak ingin memberikan point kepada lawan, meskipun hanya bermain biasa.
Tim AS vs SA.
Aldino, Sagara vs Samuel, Arhan.
Keempatnya bermain dengan apik, sudah seperti atlet professional. Hening sekali saat bermain, hanya terdengar alunan kok yang bolak-balik dengan cepat. Paling, sesekali terdengar teriakan mereka jika ada salah satu tim yang kalah.
Nyaris satu jam berlalu. Rasanya, tangan sebelah kanan mereka sudah mulai pegal. Keempatnya memilih mengakhiri permainan lalu beristirahat sebentar.
Sagara merebahkan tubuhnya di pinggir lapangan, begitu juga dengan ketiga teman lainnya. Nafas mereka masih terengah-engah, nampak dari bagian perut mereka yang bergerak naik turun cukup cepat.
Matanya menatap lekat langit di angkasa. Awan-awan tersusun tak beraturan, saling berjauhan. Nampak bergerak pelan jika di amati dengan lama dan serius.
"Ga, ada mau gue tanyain," ucap Aldino membuat fokus Sagara teralihkan.
"Apaan?" Sahut lelaki itu.
"Lo suka ya, sama Sahara?"
Sagara langsung menolehkan kepala ke arah Aldino yang berada di sebelahnya. Terdiam beberapa detik, pria itu masih menelan perlahan pertanyaan yang cukup mengejutkan itu.
"Nggak lah. Lagian, lo kok bisa berpikir gitu?" Tanya balik Sagara pada sepupunya.
"Gue perhatiin beda aja perlakuan lo ke dia. Apalagi, waktu lo gendong Sahara ke ruang UKS, lo keliatan panik banget gitu. Sampai-sampai gue nanya aja lo kacangin." Sagara mengingat kembali kejadian itu, bisa-bisanya ia tidak sadar Aldino sempat bertanya padanya.
"Lagi, sewaktu kita main futsal. Sahara bawain minum buat lo. Disitu banyak banget yang berpikir kalau kalian pacaran," ucap Samuel yang juga ikut bicara.
"Benar. Akhir-akhir ini lo juga sering banget bareng sama dia. Gue liat, dimana ada Sahara, pasti ada lo juga. Lo pacaran kan sama dia?" Sambung Arhan di akhiri pertanyaan yang cukup frontal.
Reaksi Sagara nampak gelisah saat pernyataan dan pertanyaan keluar dari mulut ketiga temannya. Apa orang lain juga akan berpikir seperti mereka?
Pria itu terkesiap, lalu mengangkat setengah tubuh bagian atasnya untuk duduk. Kedua tangannya di letakkan tepat di belakang bokongnya.
"Ya, enggak lah. Ngaco banget kalian semua. Lagian, nggak mungkin juga gue pacaran sama perempuan itu," sahut lelaki dengan baju sport warna biru itu.