First Kiss

1.3K 166 8
                                        

Suasana kelas terlihat ricuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kelas terlihat ricuh. Para siswa nampak fokus dengan kesibukan masing-masing. Posisi duduk mereka terpecah belah sesuai dengan kelompok. Bagian depan dekat papan tulis di biarkan kosong karena akan di gunakan untuk peragaan drama hari ini.

Setiap kelompok saling berdiskusi terkait persiapan tampil. Perasaan gugup bercampur malu tergambar jelas di wajah mereka. Bayangkan saja, mereka harus memainkan drama yang bahkan mereka sendiri enggan melakukannya. Tapi, memang begitulah. Semua ini ada alasannya. Apalagi kalau bukan untuk mengetahui kemampuan tiap siswa dalam berakting. Siapa tahu ada yang akan menjadi aktor/aktris nantinya. Benar, kan?

"Ngssssss," ringis Gracia seraya menggerakkan bokongnya ke arah kanan dan kiri, tentu saat dalam posisi duduk di kursi.

"Lo kenapa?" Tanya Sagara saat melihat keanehan gadis yang duduk di sebelahnya.

"Perut gue sakit. Nggak nyaman banget rasanya."

"Gue ke toilet bentar," lanjutnya kemudian berlari kecil ke luar kelas.

Lisa dan Sahara saling menatap keheranan melihat Gracia. Mereka berdua bahkan saling mengendikkan bahu sebagai isyarat tidak tahu.

Linda mulai membuka kelas hari ini dengan kalimat sapaan dan sedikit kalimat pembuka. Wanita itu juga mengajak para siswa untuk berdoa sebelum memulai kelas.

Cukup sudah ritual pagi ini, kelas akan di mulai. Para siswa sudah di absen terlebih dahulu. Sekarang, saatnya pertunjukkan drama di lakukan.

"Baik, Anak-anak. Apa kalian sudah siap untuk tampil hari ini?" Tanya Linda selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

"Siap, Bu."

"Tidak, Bu."

Sorak jawaban para siswa yang tidak kompak. Beberapa orang mengatakan tidak, sedangkan sisanya mengatakan siap.

"Siap tidak siap harus siap, ya. Oke, ini sudah ibu buat beberapa nomor undian untuk tampil hari ini. Silakan perwakilan kelompok maju ke depan untuk mengambil satu kertas," ujar Linda kepada murid-muridnya.

Setelah mendengar itu, para perwakilan kelompok maju ke depan untuk mengambil nomor undian. Termasuk Sagara.

Sudah ada satu kertas di masing-masing tangan perwakilan kelompok. Mereka mulai membuka kertas secara perlahan. Para anggota kelompok di masing-masing saling berdoa agar tidak mendapat nomor urut satu.

"Oh no!" Ucap Joko saat mendapati angka satu di kertasnya.

Setelah mengetahui nomor masing-masing, semuanya kembali ke posisi semula.

"Kita urutan ke berapa, Ga?" Tanya Sahara saat Sagara duduk di kursinya.

"Empat," jawabnya singkat.

"Aku deg-degan banget, Sa," ucap Sahara kemudian menggenggam jari jemari Lisa.

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang