Regret

1.6K 234 86
                                    

Bayang-bayang perkataan Dr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayang-bayang perkataan Dr. Ratna terus mengitari dan terngiang-ngiang di kepala Sagara. Lelaki itu khawatir, ia terus memikirkan bagaimana caranya membuat Sahara mengerti bahwa ia menyesal dan ingin memperbaiki semuanya.

Tapi, Sahara terus saja menjauhinya. Gadis itu bahkan tidak menanggapi setiap pertanyaannya. Sahara juga memblokir semua akun social medianya.

"Arghh. Kalau sampe terjadi apa-apa sama Sahara dan juga calon anak gue, gue nggak akan bisa maafin diri gue sendiri!"

"Lo bodoh Sagara! Lo terlalu ambisi balasin dendam lo. Harusnya lo sadar, selain benci, lo juga cinta sama Sahara."

Sesal terus merasuki harinya. Hidupnya sekarang benar-benar hampa. Kamarnya terasa sepi tanpa Sahara disana.

Saat ini, lelaki itu tengah membereskan apartemen yang sejak kepergian Sahara menjadi kacau balau. Sagara bahkan mencetak kembali foto pernikahannya dengan ukuran yang cukup besar, lalu menggantungnya di tembok kamar.

"Lo pasti suka lihat ini, Ra. Gue yakin," gumamnya seraya memandangi bingkai besar itu.

Belum selesai ia beberes, tiba-tiba bel apartemennya berbunyi. Sagara berjalan pelan begitu mendengarnya. Ia akan membuka pintu untuk mengetahui siapa yang bertamu.

"Lo? Ngapain kesini?" Celetuk pria itu.

"Ketemu pacar gue lah, apalagi? Lo kenapa hilang kabar beberapa hari ini? Gue kangen tahu," sahut wanita itu sembari memeluk Sagara tiba-tiba.

"Gue bukan pacar lo," sahut Sagara kemudian melepas pelukan wanita itu dari tubuhnya.

"Maksud lo?" Tanya gadis itu penasaran.

"Kita nggak pacaran dan nggak akan pernah pacaran! Memangnya gue pernah nyatain cinta ke lo? Nggak kan? Jadi, jangan ganggu gue lagi mulai sekarang! Gue mutusin untuk perbaiki hubungan gue dan Sahara bersama anak-anak gue."

Gracia memasang wajah bingung. Setahu dirinya, hubungan Sagara dan istrinya sudah tidak baik-baik saja. Mereka akan bercerai dan tentu saja ia pikir ia yang akan menggantikan posisi wanita itu.

"Anak-anak lo bilang? Buka mata lo, Ga. Sahara hamil dengan laki-laki lain. Janin di perutnya bukan anak lo! Jangan mau di bodoh-bodohin sama perempuan jalang itu!"

"Tutup mulut lo! Lo nggak berhak ngomong apapun tentang istri dan calon anak gue. Pergi! Jangan pernah ganggu gue lagi."

Kepala Gracia serasa terbakar api. Matanya menyulutkan emosi dan wajahnya memerah karena menahan amarah.

"Nggak. Gue nggak akan pergi dari sini. Setelah lo puas menikmati tubuh gue, lo mau buang gue gitu aja? Brengsek lo!"

"Maaf, gue tahu gue salah. Tapi, bukannya itu yang lo inginkan? Lo yang selalu mancing-mancing gue supaya gue melewati batas. Maaf, Cia. Tapi gue udah nggak bisa nerusin ini semua. Gue mau nebus kesalahan gue sama Sahara. Sekali lagi maaf," serunya panjang lebar.

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang