Group Task

1.1K 193 2
                                        

Hi, bestie.
Apa kabar?

Maaf, tiga hari ini nggak update.
Ada yang nungguin nggak, sih?
Enggak deh kayaknya, hiks.

Kemaren lagi marathon drakor "All Off Use Are Dead", ada yang nonton juga nggak? Seru banget asli, aku sampai gamon huuuu

Cukup deh curhatnya, sekarang kalian bisa baca satu part lanjutan.

Happy Reading

Deru mesin motor saling bersautan satu sama lain, menciptakan sedikit kebisingan di tempat parkir SMA Highlight

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deru mesin motor saling bersautan satu sama lain, menciptakan sedikit kebisingan di tempat parkir SMA Highlight. Sagara berupaya mengeluarkan motornya, di antara puluhan hingga ratusan motor yang terparkir. Dengan ransel di belakangnya, ia memaju mundurkan motor agar mencapai posisi yang pas untuk keluar. Tangannya memainkan pedal gas dengan sangat lihai.

Tidak mudah untuk keluar, karena para siswa dan siswi lain juga tak ingin kalah untuk segera keluar dari sekolah. Setelah melalui sela-sela jalan kecil yang sedang kosong, akhirnya lelaki itu berhasil keluar dari tempat yang sedikit pengap itu.

“Naik,” ucapnya pada seorang gadis yang nampak celingak-celinguk dekat gerbang sekolah.

Gadis itu menoleh ke sekitar, untuk memastikan kepada siapa lelaki itu berbicara.

“Gue?” Gadis itu mengarahkan telunjuk ke arahnya dengan ekspresi bingung.

“Ya, iyalah. Lo pikir siapa lagi?”

“Gue bisa balik sendiri. Lo nggak perlu repot,” sahut gadis itu, yang ternyata adalah Sahara.

Bukannya pergi, Sagara justru membuka helm-nya. Ia bangkit dari motornya, lalu berjalan menghampiri gadis itu.

“Lo lupa ada tugas dari Pak Indra?” tanya pria itu dan langsung mengubah raut wajah Sahara menjadi panik.

Bagaimana mungkin ia bisa melupakan tugas matematika yang baru mendengar soalnya saja sudah membuat otaknya panas dan ingin pecah? Sahara memang tidak berniat mengingatnya, wajar saja dia lupa.

“Ikut gue, kita kerjain di rumah gue,” ajak lelaki itu.

“Nggak. Kenapa juga harus di rumah lo?” tanya Sahara yang terdengar cukup membantah.

“Ya, terus dimana? Di rumah lo? Oke gue setuju.”

“N—ggak bisa! Yaudah, di rumah lo aja,” sahutnya sedikit gusar.

Bagaimana mungkin Sahara mengajak pria itu ke rumahnya, bisa-bisa pria itu akan semakin merendahkan dan menindas dirinya. Menghadapi yang terjadi sekarang saja sudah membuatnya stres, ia tidak boleh semakin stres karena ulah Sagara.

“Tapi, gue belum izin orang tua gue, ntar gue di cariin. Gue pulang ke rumah dulu, gimana?” pintanya saat Sagara hendak memakai kembali helm-nya.

“Telpon orang tua lo, ntar gue bantu ngomong kalau nggak di izinin.”

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang