Positive

1.4K 212 34
                                    

Allo, i'm comeback.
Ada yang kangen sama cerita ini, nggak?
Sorry, baru bisa up sekarang. Karena seminggu belakangan ini emang bener-bener nggak ada waktu lebih untuk nulis.

Semoga kalian tetap stay sama cerita ini, ya. Saranghae yeoreobun 🧡


Rasa kebahagiaan Sahara berkali-kali lipat bertambah sejak kehadiran calon anak di rahimnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rasa kebahagiaan Sahara berkali-kali lipat bertambah sejak kehadiran calon anak di rahimnya. Ia sudah tidak lagi begitu memikirkan suaminya dan Gracia. Yang ia tahu, sekarang ia tidak lemah. Ada kekuatan yang ternyata jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Kehamilannya, Sagara belum mengetahui. Gadis itu sengaja merahasiakan sembari menunggu waktu yang pas untuk mengabarkan.

Hari ini, ia akan pergi ke dokter kandungan. Tentu saja untuk memeriksa kondisi janin di perutnya. Jika memungkinkan, Sahara ingin melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin anaknya.

Tangan kanannya mengelus lembut perut miliknya. "Mama udah nggak sabar mau lihat kamu. Sehat-sehat di dalam perut Mama ya, Nak?" Gumamnya pelan dengan raut wajah bahagia.

Gadis itu mulai melajukan mobilnya pelan. Sekali ia mengecup lembut tangan kirinya, lalu ia tempelkan di perut. Gadis itu tidak bisa mencium perutnya sendiri, sehingga ia melakukan hal itu sebagai ganti. Semoga saja bisa mewakili.

Seandainya ia bisa mencium perutnya sendiri, mungkin anaknya di dalam akan merasa kelelahan karena terus di hujani ciuman.

Sepanjang perjalanan, kepala Sahara terus memikirkan bagaimana anaknya nanti. Jenis kelaminnya apa. Wajahnya mirip siapa. Bagaimana senyumannya. Bagaimana tangisannya. Sahara sudah tidak sabar ingin bertemu dan memeluk anaknya di dunia.

"Kalau kamu laki-laki, semoga wajah kamu mirip Papa. Tapi, jangan kelakuannya ya, Nak? Papa kamu nyebelin. Mama nggak mau kamu jadi anak nyebelin. Cukup Papa kamu aja!"

"Tapi, kalau kamu perempuan, kamu harus ada di tim Mama nanti. Mama akan buat kamu tumbuh menjadi gadis yang cantik dan berakhlak baik, bukan seperti akhlak Mama yang dulu. Oya, nanti kamu harus marahin Papa kamu kalau dia nyakitin Mama.Oke, Nak?"

Sahara terus saja bergumam seolah bercengkrama dengan anaknya. Ia terus saja mengeluarkan celotehnya meski tak mendapat respon apapun.

Hayalan di kepalanya tiba-tiba hilang saat mobilnya yang mendadak berhenti. "Mcck, kenapa lagi sih ini mobil? Mogok mulu perasaan."

Sahara terus mengomel dan merutuki mobilnya. Entah lupa atau amnesia, ia saja tidak pernah membawa mobilnya ke bengkel beberapa bulan belakangan ini. Olinya saja tidak pernah di ganti. Mesin mobilnya juga tidak pernah di cek. Sahara hanya mengendarai tanpa pernah memberikan service untuk mobilnya.

"Jangan-jangan Sagara beliin aku mobil bekas? Masa mobil baru ringkih begini," kesalnya setelah membuka mesin depan mobilnya.

Setelah berkutat hampir lima belas menit, usaha setengah niatnya tak membuahkan hasil apa-apa. Seketika kepalanya terpikir akan Bian. Ya, Bian pasti bisa membantunya. Mengapa baru terpikir sekarang.

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang