Out From Home

1.5K 204 68
                                        

______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______

"MURAHAN!"

"Jangan pernah lo sebut anak haram--."

"TUTUP MULUT KAMU! INI BUKAN ANAK HARAM. JANGAN BERANI SEBUT ANAK AKU DENGAN KATA MENJIJIKKAN SEPERTI ITU!"

Emosi Sahara tersulut begitu mendengar kalimat yang keterlaluan keluar dari mulut Sagara. Nafasnya sampai terengah-engah karena geram dan marah.

Tidak masalah jika lelaki itu melukai perasaannya, itu sudah biasa. Tapi, jangan calon anaknya. Ibu manapun tidak akan terima jika calon anaknya di rendahkan seperti itu.

"Keterlaluan kamu! Cukup, ya. Aku udah cukup sabar selama ini sama kamu. Kamu nyakitin aku terus menerus, aku tetap diam dan sabar. Tapi, kali ini kamu benar-benar keterlaluan! Silakan kamu sakiti aku, caci aku, hina aku, lakukan apapun sesuka kamu, tapi jangan pernah ngeluarin kata-kata yang tidak pantas untuk calon anak aku!" Ucapnya panjang lebar dengan nada marah.

"Kenapa? Yang gue omongin itu kenyataan. Lo memang perempuan murahan, dan anak di perut lo pasti nggak akan jauh beda kelakuannya sama lo. Sama-sama murahan!"

PLAK

Gadis itu refleks menampar pipi Sagara dengan begitu kuatnya. Gemuruh dadanya semakin berdetak kencang. Matanya menyuarakan begitu besar amarah.

Sahara menatap tangannya yang gemetaran. Ia terkejut, mengapa dirinya begitu berani menampar Sagara. Gadis itu tidak melakukannya dengan sengaja. Tamparan itu adalah bentuk realisasi amarahnya yang terus bergejolak di dada.

"Sial! Berani-beraninya lo sentuh wajah gue dengan tangan kotor lo itu!"

"Itu bukan anak gue. Sampai kapanpun, gue nggak akan sudi nerima anak itu di hidup gue," ucap lelaki yang sudah terbakar emosi karena sakitnya tamparan dari Sahara.

"Anak ini juga nggak butuh Papa seperti kamu! Bahkan, orang seperti kamu juga nggak pantas di sebut sebagai seorang Papa! Gelar mulia itu nggak cocok untuk laki-laki seperti kamu!"

Lelaki itu menaikkan satu tangannya ke udara, bersiap-siap hendak menampar balik pipi Sahara. Namun, aksinya itu ia urungkan mengingat janjinya yang tidak akan melukai Sahara secara fisik. Sudah cukup satu tamparan yang pernah ia lakukan, dan itu membuatnya terus di hantui rasa bersalah.

"Pergi lo dari sini!" Sagara mengusir gadis itu. Ya, dia menginginkan Sahara pergi dari sana.

"Tanpa kamu minta, aku pasti pergi. Aku muak, aku capek, aku menyerah atas semua sikap keterlaluan kamu!"

"Kamu mau cerai, kan? Oke, aku akan turuti kemauan kamu. Aku akan urus surat cerai secepatnya, supaya aku bisa lepas dari laki-laki seperti kamu," sambungnya menanggapi ucapan Sagara.

Gadis itu langsung berjalan ke arah lemari. Tangannya membuka lemari dengan sangat kasar. Terlebih dahulu ia mengambil koper miliknya, lalu meletakkannya di atas kasur.

180° [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang