Perubahan sikap Sagara, rupanya tak hanya berlangsung selama sehari, dua hari, atau justru seminggu. Sudah dua bulan, ya, tidak terasa sudah selama itu. Sagara yang semakin kasar, ketus, dan cuek. Hubungan keduanya tidak semanis sebelum pernikahan. Saat ini, yang Sahara rasakan hanyalah kesakitan yang selalu ia pendam.
Apakah ia mengeluh? Tidak!
Gadis itu justru berpikir, dirinya yang gagal menjadi seorang istri hingga suaminya bersikap seperti ini. Sahara berusaha selalu sabar. Sahara berusaha memahami. Sahara berusaha mengerti. Hanya satu alasannya.
Cinta. Ya, Sahara sudah sangat mencintai suaminya itu. Hingga apapun yang di lakukan suaminya, ia akan mencoba melihat dirinya lalu intropeksi diri. Kesalahan-kesalahan yang tidak pernah ia lakukan, ia selalu meminta maaf.
Siapa sangka, Sahara gadis angkuh yang ketus dahulunya kini benar-benar menjadi gadis yang begitu lembut dan sabar.
"Sssss," ringis gadis itu saat hendak bangkit dari kasur.
"Kenapa?" Tanya Sagara saat melihat Sahara meringis seperti kesakitan.
"Ini aku sakit, Ga. Ngilu banget," keluhnya sembari menunjuk area pribadinya.
"Lebay!"
Sahara hanya diam mendengar respon lelaki itu. Sekuat tenaga ia berusaha berjalan, menahan rasa sakitnya.
Kewajibannya sebagai seorang istri, Sahara sudah memenuhinya. Bahkan, tidak terhitung sudah berapa banyak mereka melakukannya. Yang Sahara tahu, ia harus siap kapanpun suaminya meminta.
Kemarin malam, mereka melakukannya. Sagara memintanya melakukan sepanjang malam, dengan cara yang kasar. Gadis itu sudah berulang kali mengingatkan karena dirinya lelah, namun Sagara tidak memedulikannya. Pria itu hanya asyik terhadap hasratnya sendiri tanpa memikirkan Sahara yang sudah meraung kesakitan.
Sahara sudah seperti sasaran tinju, yang terus menerus harus di bantai olehnya.
"Ga. Aku nggak kuliah, ya?" Serunya pelan tentu dengan rasa sakit.
"Nggak bisa! Gue bayarin kuliah lo mahal-mahal bukan untuk males-malesan. Enak aja lo!" Sahutnya saat hendak memakai kemeja kantornya.
Mau tidak mau, suka tidak suka, Sahara menurutinya. Rasa sakit di area pribadinya akan semakin ngilu jika di paksa berjalan. Demi patuhnya sebagai seorang istri, ia tahankan. Meski air matanya sudah ingin jatuh saja, tapi selalu ia gagalkan karena tak ingin terlihat lemah di depan Sagara.
Rupanya Sahara gagal menyembunyikan sakitnya meski ia sudah berusaha sekuat tenaga. "Aww, sakit banget. Ga, serius aku nggak bohong," lirihnya gemetaran menahan tangis.
"Lebay! Kita bukan sekali dua kali ngelakuin ini. Seingat gue, pertama kali kita ngelakuin lo nggak ngerasa sesakit ini. Jangan-jangan, lo udah nggak perawan sebelum nikah sama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
180° [END]
Novela Juvenil🌼 Follow akunku sebelum membaca! 🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL! 🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir. 🌼 Jangan lupa vote dan komen saat membaca, agar Author tahu kalian benar-benar ada dan nyata. Blurb : Apa jadin...