🌼 Follow akunku sebelum membaca!
🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL!
🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir.
🌼 Jangan lupa vote dan komen saat membaca, agar Author tahu kalian benar-benar ada dan nyata.
Blurb :
Apa jadin...
Tekan tanda bintang di pojok kiri sebelum membaca!
Part ini nyaris 3000 kata. Vote dan komen untuk menghargai author boleh kan, ya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sahara mulai bernafas lega seusai bel istirahat berbunyi. Rasanya, telinga gadis itu ingin meledak mendengar ocehan-ocehan tidak jelas yang keluar dari mulut Sagara. Sahara langsung keluar kelas begitu suara bel berdering. Buru-buru ia ke kantin, tak lupa mengajak Lisa untuk pergi bersama.
Seperti di kejar hantu saja, gadis itu berlari cukup cepat agar segera sampai di kantin. Lisa sampai bengong sendiri di buatnya.
Gadis itu nampak terengah-engah, nafasnya tak beraturan. Terlebih dahulu ia menetralkan nafasnya setelah mendudukkan tubuhnya di kursi kantin.
"Kamu kenapa sih, Ra? Kayak abis di kejar setan aja," ucapnya heran melihat tingkah aneh sahabatnya.
"Le-bih dari se-tan, Sa. Serius," sahutnya sedikit terengah-engah.
Sekelebat bayangan muncul di kepala Sahara, ia baru mengingatnya. Pagi tadi, ia sempat ingin bercerita kepada Lisa. Namun, gagal karena Sagara tiba-tiba masuk ke dalam kelas.
"Oya, aku mau lanjutin cerita tadi pagi. Soal perjodohan aku," ucapnya serius.
Sahara mulai menceritakan secara detail dan perlahan. Seperti biasa, Lisa mendengarkan cerita sahabatnya itu dengan sangat serius. Ekspresif sekali Sahara. Sampai-sampai raut wajahnya seolah menggambarkan perasaan dan hatinya ketika berbicara. Tidak terukir perasaan senang sedikitpun, yang nampak hanyalah kekesalan dan kekesalan.
Singkat, padat, dan jelas. Lisa begitu terkejut setelah mendengar satu nama yang di sebut oleh Sahara. "WHAT? KAMU SERIUS, RA?" Ucapnya spontan dengan sangat keras hingga menyebabkan atensi penghuni kantin tertuju kepada mereka.
"Shhtttt, pelanin suara kamu. Nanti yang lain dengar, Sa," titah Sahara saat menyadari puluhan pasang mata menatapnya tajam.
"Maaf. Aku kaget banget, sampai nggak sadar suara aku terlalu keras. Tapi, kamu serius, Ra?" Tanya gadis itu untuk memastikan.
Sahara menelisik sekitar. Setelah situasi di rasa aman, ia memajukan wajahnya untuk mendekati wajah Lisa. Agar lebih intens dan tidak terjangkau oleh siapapun.
"Aku serius. Nggak mungkin aku bercanda di situasi seperti ini, Sa. Aku pusing banget. Seandainya aku tahu dia orangnya, sampai kapanpun aku nggak akan mau. Apapun alasannya!"
"Terus gimana, dong? Kamu bilang udah ada pertemuan keluarga, nggak mungkin juga kamu tiba-tiba berubah pikiran dan batalin semua. Nanti yang kena imbasnya orang tua kamu, Ra," ucap Lisa yang seperti biasa menanggapi cerita Sahara.
Gadis itu nampak berpikir keras. Benar juga yang di katakan Lisa. Sahara tidak ingin membuat malu kedua orang tuanya. Bukan hanya orang tuanya, orang tua Sagara juga pasti akan kecewa jika dia tiba-tiba membatalkan semua. Lalu, harus bagaimana?