Raline Kembali masuk sekolah seperti biasanya, Ruby sudah berpamitan pulang ke Aussie tadi subuh dengannya. Sekarang sedang mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Raline bersama Ago diminta untuk mengambil layar proyektor dan LCD-nya di ruang guru.
"Lin," panggil Ago sambil menyerahkan layar LCD sementara dirinya membawa LCD-nya.
"apa?" sahut Raline, keduanya lalu berjalan keluar dari ruang guru.
"dua minggu lagi gue tanding voli, di SMA sebelah, lo mau nonton gak?" tanya cowok itu memberanikan diri menawari Raline.
"dua minggu lagi?" ulang Raline, "samaan sama tanding basket sekolah dong?" cewek itu menoleh kea rah Ago.
Cowok berkulit sedikit kecoklatan itu mengangguk, "iy...ya..." jawabnya tak yakin.
"sudah di tawarin sama Geva, ya?" tebak Ago berdasarkan reaksi Raline tadi.
Tanpa ragu Raline mengangguk, "sudah, tapi tau deh, kan masih dua minggu lagi."
Ago tersenyum lebar, "nonton gue aja!" ujarnya penuh percaya diri.
"kasih alasan coba kenapa gue harus nonton lo?"
Cowok itu berhenti melangkah dan menatap ke arah Raline, "karena lo enggak bakal nyesel kalau harus nonton gue main voli!"
Cewek itu hanya menggeleng, ia tak menganggap serius ucapan Ago, langkahnya memelan ketika di depan mereka dari arah berlawanan ada Geva dan Olin yang sedang jalan berdua. Olin tampak mengenakan pakaian cheerleaders, itu wajar karena mereka harus latihan untuk pertandingan mendatang.
Sementara Geva memakai pakaian jerseynya, cowok itu juga tampaknya sedang latihan.
"ketemu mulu," celetuk Ago yang sudah berada di samping Raline.
Melihat dari kejauhan ada saudara tirinya membuat Olin dengan cepat memeluk lengan Geva, menempel pada cowok itu layaknya cicak. Geva berdecak kesal dan menarik tangannya dari pelukan Olin.
Raline mengalihkan tatapannya, ia ingin mengambil jalan lain tapi jika Raline melakukan itu akan sangat kentara jika dirinya ini menghindari mereka. Padahal sudah berapa kali Raline menegaskan dirinya bahwa ia sudah move on dari Geva dan merelakan dengan senang hati jika mereka berdua balikan lagi.
"ciee berdua, pacarana ya?" ujar Olin sok akrab dengan mereka.
Ago tersenyum paksa, "lo berdua sendiri gimana?" tanya cowok itu balik.
"gue sama Geva?" Olin menunjuk dirinya dan Geva, ia lalu kembali memeluk lengan Geva dan kini sedikit mengeratkannya, Olin lalu menatap Raline licik.
"enggak usah di tanya semua orang juga tahu kali kita ini apa," ucap cewek itu seolah memberitahu Raline.
Geva berdecak sebal, "lo jauh, kek," ujar cowok itu rishi.
Ia kemudian menatap Raline, "lo tadi di cariin bang Fardi, katanya mau ngomong sesuatu sama lo," kata Geva menyebutkan nama pelatih basket mereka.
Raline mengangguk kecil, "nanti deh istirahat gue ke sana, ayo, Go." Cewek itu berjalan lebih dulu.
Geva dan Ago hanya bertatapan beberapa detik sebelum Ago memutuskan menyusul Raline, berjalan dengan tenang di sebelah cewek tersebut.
"cocok ya mereka, Lin," kata Ago sengaja.
Raline mengeratkan pegangannya pada layar LCD di kedua tangannya, "ya," jawabnya singkat dan dingin.
***
Seperti yang dikatakannya tadi, saat bel istirahat Raline segera pergi ke lapangan basket indoor dimana pada pemain basket laki-laki tampak baru selesai latihan dan sekarang sedang istirahat. Raline segera berjalan menuju ke arah bang Fardi, pria itu tampak sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Teen Fiction"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...