Pagi itu Raline kira Geva yang datang kerumahnya, mengingat cowok tersebut bilang akan datang pagi-pagi sekali. Tapi bukan Gevalah yang datang, melainkan Raymond, ayah tirinya itu berdiri didepan pagar rumah dengan setelah kerjanya.
Melihat itu membuat Raline kembali teringat akan diary sang papa yang tadi malam belum dibaca habis olehnya, mantan tunangan sang mama, apa mungkin itu Raymond? Pikir Raline dikepalanya.
Ia mempersilakan pria itu untuk masuk dan duduk diruang tengah, sementara Raline pergi kebelakang untuk menyiapkan teh hangat, diperjalanannya kedapur, Raline sempat melirik kearah Raymond, pria itu berdiri tepat didepan foto besar sang papa.
Menatap datar foto tersebut, sangat sulit dijelaskan tatapan seperti apa yang pria itu lemparkan pada foto William. Raline kembali lima menit kemudian dengan membawa dua gelas teh hangat. Raymond tersenyum, pria itu lalu menyerahkan sebuah bingkisan kepadanya.
"kata Owen kamu suka roti coklat dan kismis, jadi om belikan," ujar Raymond sambil mendorong bingkisan itu mendekat kepada Raline.
Cewek itu menerima bingkisan tersebut, "terima kasih," ucapnya lalu menaruh bingkisan itu dibawah meja.
Raymond menyesap teh hangatnya dengan tenang, "kepalamu bagaimana? Sudah diobati, 'kan?"
Raline hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"maafkan sikap mamamu, ya? Terlalu banyak masalah diakademik, dia—"
"boleh Raline bertanya?" sela cewek tersebut dan mulai berani menatap Raymond.
"kamu sama sekali tak membenci dia? Tidak kah kamu terbayang wajah William setiap kali melihatnya?!"
Pertanyaan Lucy tadi malam kembali menghantui benaknya, benar kata wanita tersebut, setiap melihat wajah Raline, Raymond selalu teringat akan sosok William. Keduanya hampir mirip, bisa dibilang Raline adalah versi wanita dari William. Sementara Ruby adalah versi kedua dari pria tersebut.
Tapi mereka hanya anak dari William, pria yang sudah menghancurkan pernikahannya dan Lucy dimasa lalu. Bagi Raymond masa lalu hanyalah kenangan menyakitkan, ia tak ingin menghabiskan waktu untuk membenci pria tersebut apalagi sampai membenci darah dagingnya.
"silakan," ujar Raymond sopan.
"apa hubungan om dan mama dimasa lalu?" tanya Raline to the point.
Mendapat pertanyaan seperti itu jelas membuat Raymond kaget, tak menyangka Raline akan bertanya hal diluar nalarnya seperti tadi. Setahu Raymond pun yang mengetahui hubungan rumit ketiganya dimasa lalu hanyalah ia, Lucy, William dan juga keluarga besar Demetrys.
Apa ada yang sengaja membocorkannya kepada Raline?
"aku enggak sengaja ngebaca diary papa tadi malam," ucap Raline yang dapat membaca reaksi terkejut dari Raymond.
"papa menulis semuanya disana, jadi itu benar?" Raline menatap lekat kearah pria didepannya saat ini, "om adalah mantan tunangan mama dan papa merusak—"
"Raline, bukan..." Raymond buru-buru menghentikan ucapan anak tersebut.
"apa pun yang terjadi dimasa lalu, om sudah melupakannya, om sudah mengikhlaskan semuanya, we're fine." Raymond tersenyum hangat.
"tiga bulan sebelum papamu meninggal, kami sempat bertemu kembali dan om sudah memaafkan papamu, itu bukan salahnya. William orang baik, dia tidak pernah mencoba menghentikan kakekmu yang sewaktu itu bersikeras menikahkan dirinya dan mamamu."
"tidak ada dendam diantara kami," ucap Raymond tenang.
Yang ia ucapkan adalah benar adanya.
"tapi enggak dengan mama," ucap Raline dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Teen Fiction"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...