"nanti malam aku jemput, ya?"
"enggak usah, masa yang ulang tahun pergi-pergi sih."
"mana ada tuan putri yang pergi tanpa pangerannya, 'kan?"
Geva mengoda kekasihnya itu, Raline mendelik sebal. Hanya bisa pasrah saja jika Geva sudah berucap. Malam ini akan diadakan pesta perayaan ulang tahun cowok tersebut, dari pagi sudah banyak orang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Geva, apa lagi para adik kelas perempuan, mereka banyak memberikan Geva coklat diatas meja dan loker cowok tersebut.
"kamu mau hadiah apa?" tanya Raline.
"lukisan kemarin sudah cukup kok."
Tidak. Rasanya sangat tak puas memberikan cowok itu hanya lukisan saja. Dalam diamnya Raline sibuk berpikir, hadiah apa yang cocok diberikan kepada Geva. Ditengah sibuk memikirkan hadiah, pikiran Raline terpecah karena kedatangan Olin diantara mereka.
Kantin seketika menjadi lebih ramai, kedatangan Olin ke meja Geva dan Raline jelas menarik perhatian semua orang. Cewek itu berdiri didepan mereka dan memberikan Geva sebuah kotak kecil berwarna navy dengan pita putih diatasnya.
"hadiah buat kamu, jam tangan kamu yang kemarin, 'kan rusak, jadi aku beliin yang baru," ujar Olin sambil melirik kearah saudara tirinya itu lalu tersenyum remeh.
"jam ta—"
"gue sudah beli yang baru." Geva mengangkat tangan kirinya, menunjukan jam tangan hitam yang baru saja dibelinya.
Olin tersenyum, "simpan aja, buat nambah koleksi kamu di kamar."
Sengaja. Olin jelas sengaja mengucapkan hal itu sambil melirik kearah Raline, ia ingin melihat wajah pasi saudara tirinya tersebut. jelas sekarang Olin merasa bangga bisa membuat Raline terdiam seperti sekarang.
"oh ya, hari ini, 'kan ulang tahun Geva, Raline ngasih hadiah apa ya?" tanya cewek itu dengan suara nyaringnya.
"jangan bilang lo enggak ngasih apa-apa? Kok gitu sih, Lin? 'kan ini—"
"Raline ngasih kok."
Geva bangkit berdiri menghadap langsung kepada Olin, menatap cewek itu datar, "dan itu bukan urusan lo untuk tau Raline ngasih gue hadiah apa enggak, jangan terlalu ikut campur dalam hubungan gue," peringatnya.
Cowok itu lalu menarik Raline untuk pergi, "ayo sayang," ucapnya lembut.
Ketegangan dikantin tak langsung hilang bahkan setelah kedua pasangan itu pergi, Olin mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia menatap kotak jam tangan yang ada diatas meja dengan mata memerahnya. Tak disentuh sama sekali oleh Geva.
"heh, orang kayak gitu enggak cocok buat kamu, Geva," lirih cewek tersebut.
***
Jam kosong menjadi hal yang paling dinanti oleh para murid, apa lagi jika jam kosongnya berada dipelajaran terakhir. Seperti yang sedang terjadi dikelas 12 IPS 1 saat ini, guru geografi mereka berhalangan hadir dan hanya memberikan tugas yang harus dikumpul ketika pertemuan selanjutnya.
Para murid laki-laki langsung keluar dari kelas untuk bermain bola diluar, sementara para perempuan sebagian ada yang menetap dikelas atau menongkrong di kantin.
"Lin! Lin! sini deh!" seru Fany yang duduk dibelakang kelas dengan beberapa teman perempuan lainnya.
Raline dan Delmora sama-sama menghampiri cewek tersebut, duduk lantai dan memperhatikan cewek-cewek yang sedang menggunakan masker, ada juga beberapa yang memilih untuk tidur.
"pakai masker bareng kita!" ujar Ratna yang baru saja selesai menggunakan maskernya.
"ini kalo pak Bondan lewat terus lihat kita begini, bisa-bisa dihukum kita," ujar Delmora tapi ia tak menolak saat Ratna mulai membersihkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Roman pour Adolescents"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...