Kelas 9 SMP
Siang itu kelas 9 B tengah diberi tugas oleh guru Bahasa Indonesia mereka untuk merangkum satu bab, kelas itu dalam keadaan yang ribut karena guru yang bersangkutan untuk mengajar tidak dapat hadir, sehingga hanya tugas saja yang diberikan.
"fuck," umpat seorang anak laki-laki yang duduk di barisan paling belakang, ia kemudian menoleh ke meja sampingnya.
"Na, pinjam tip-x dong," ucap anak laki-laki tersebut pada anak perempuan yang duduk disamping mejanya.
"gak ada, tip-x gue ketinggalan," jawab anak perempuan tersebut tanpa menoleh ke si penanya.
Anak laki-laki itu mendengus sebal, ia baru saja ingin beranjak dari kursinya untuk meminjam tip-x kepada teman sekelasnya yang lain jika saja matanya tak sengaja melihat sebuah benda kecil berwarna merah dengan tutup bening di meja di depan tempat Unna duduk.
Geva lalu mencolek bahu anak perempuan yang duduk di depan Unna dengan pulpennya, Geva melebarkan sneyumnya begitu perempuan itu mneoleh ke arahnya, "pinjam tip-x boleh, gak?" tanyanya dengan nada yang ramah.
Unna yang selama berteman dengan Geva sejak mereka kelas 8 pun menatap laki-laki itu jijik, baru kali mendengar nada seperti itu keluar dari mulut Geva.
"jangan dipinjamin, Lin. nanti tip-x lo habis gara-gara dimintain sama dia mulu," ucap Unna sinis.
Tanpa banyak kata-kata Raline pun langsung memberikan tip-x nya kepada Geva, anak laki-laki itu tersenyum senang lalu meledek Unna, "Raline mah baik, gak kayak lo yang pelit," ledek anak tersebut.
Sejak saat itu Geva menjadi lebih sering meminjam tip-x kepada Raline, teman sekelas yang selama ini hanya bisa dilihat olehnya tanpa ada niatan untuk mengajaknya bicara. Bukannya tak mau berteman dengan Raline, tapi anak perempuan itu selalu menghilang jika di jam istirahat, Raline yang lebih sering berdiam diri di kelas.
Hanya Unna, teman yang dimiliki Raline dikelas semenjak seminggu mereka naik ke kelas 9. Geva pikir awalnya Raline itu sombong, bagaimana tidak berpikiran seperti itu, anak itu bahkan hanya diam menatap lurus ke depan dengan ekspresi wajah yang dingin, menatap lawan bicaranya begitu datar dan hanya menjawab seadanya.
Tapi setelah beberapa hari mencoba mendekati Raline, Geva jadi menyadari jika cewek itu tak seburuk yang dikiranya. Itu hanya sifat bawaan dari Raline saja, aslinya Raline adalah anak yang ramah, ia terkadang membantu Geva memahami materi sekolah. Dan entah sejak kapan, hubungan diantara Geva, Unna, dan Raline pun menjadi semakin dekat.
Geva pikir sampai dihari kelulusan SMP mereka nanti, dirinya tak mungkin bisa dekat dengan sosok Raline. Tapi siapa sangka? Perempuan bahkan menjadi sahabatnya dan kini berubah status menjadi kekasihnya? Dulu Geva tak mempercayai perkataan "sahabat bisa jadi cinta" dan sekarang cowok itu sedang menerima karma-nya.
Awalnya canggung bagi Geva ketika tau perempuan yang selama ini menjadi tempat curhatnya ternyata diam-diam menyimpan rasa untuknya, walaupun saat itu ia terlambat menyadari jika ia pun memiliki rasa untuk Raline. Di awal hubungan mereka, Geva banyak sekali menerima makian tidak hanya dari Unna tapi juga dari Okta dan Bagas. Itu karena ia hanya diam saat melihat perempuan yang menyukainya disakiti oleh mantan kekasihnya sendiri.
PLAK!!!
"anjing lo, Gev!"
"Unna..." Bagas menarik tangan kekasihnya itu.
Tapi Unna yang sudah kepalang emosi mengabaikan tarikan dari Bagas, matanya bahkan tak menatap ke arah lain selain kepada Geva, Okta yang melihat itu bersumpah jika saja mata Unna bisa mengeluarkan laser, mungkin tubuh Geva sudah terbelah dua sekarang, saking marahnya perempuan itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Teen Fiction"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...