Geva bergegas masuk kedalam mobilnya begitu tau dimana Raline berada, cowok itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi untuknya jalan cukup sengang malam itu. Ia tak bisa berhenti mencemaskan kekasihnya tersebut, bayangan Raline menangis kembali menyakiti hatinya.
Saat sampai didepan rumah cewek itu, bertepatan dengan sebuah taksi yang juga baru sampai. Dari dalam taksi Raline keluar setelah selesai membayar ongkos. Cewek itu terdiam melihat Geva yang sudah menunggunya.
"kam—"
Ucapannya terputus saat Geva berlari dengan cepat dan menarik Raline kedalam pelukannya, memeluk cewek itu dengan erat sambil menggumamkan kata maaf. Tak lama Raline merasakan bahunya basah, ia melepaskan pelukan mereka dan menemukan Geva sudah berlinang air mata.
Tangan cewek itu berada dikedua pipi Geva dan mengusap air mata cowok tersebut dengan ibu jarinya. Raline tersenyum pedih.
"aku enggak papa," ucap cewek tersebut dengan suara seraknya.
"maaf, aku benar-benar enggak tau rencana mama sama Olin, aku... Lin, aku..."
"sstt..."
Raline kembali membawa Geva kedalam pelukannya, keduanya berpelukan cukup lama saling menenangkan satu sama lain. Lalu ketika keadaan sudah mulai tenang barulah mereka masuk kedalam rumah, Raline menaruh barangnya lebih dahulu kedalam kamar dan kembali menghampiri Geva yang menunggu dirinya diruang tengah.
"kamu beneran enggak papa?" Geva bertanya khawatir. Ia takut Raline kembali hancur seperti yang terakhir kali.
Raline mengangguk kecil, ia bergerak mendekat dan menyandarkan kepalanya didada bidang Geva, melingkari tangannya dipinggang cowok tersebut dan Geva membalas dengan merangkul bahu sempit Raline.
"aku percaya kamu."
Tiga kata yang mampu membuat Geva kembali mengucap syukur kepada Tuhan karena membiarkan ia kembali bersama Raline. Cewek dipelukannya ini benar-benar berharga baginya. Geva mengecup puncak kepala sang kekasih berkali-kali.
"terima kasih sudah mau percaya, terima kasih karena sudah kasih kesempatan ke aku lagi, terima—"
Cup...
Ucapan Geva terhenti saat Raline dengan cepat mengecup bibirnya, cewek tersebut tersenyum lebar.
"terima kasih juga karena sudah mau balas cintaku, terima kasih karena sudah mencintai aku sebesar ini, dan terima kasih karena sudah mau berjuang."
Geva turut tersenyum lebar, keduanya kembali mengeratkan pelukan mereka. Sama-sama berfokus pada film yang tengah terputar sekarang didepan mereka sampai akhirnya mereka terlelap dipelukan masing-masing.
***
"jadi kak Raline itu ngerebut kak Geva dari kak Olin?"
"yaiyalah! Cuman katanya kak Olin sengaja ngalah gitu, 'kan dari kak Raline gara-gara mereka saudaraan."
"duh... kak Olin kok bisa sebaik itu, sih? Jadi kasihan gue, pasti dia menderita banget, 'kan, ya gara-gara kak Raline."
"hooh, mak—"
BRAK!!!
"HEH LO NGOMONG APA BARUSAN?!"
"YANG ADA OLIN TUH YANG BUAT RALINE MENDERITA!!!"
Telinga sahabat mana yang tak panas saat mendengar sahabatnya dijelek-jelekkan bahkan difitnah seperti tadi. Hanya dalam sekejap saja suasana kantin menjadi tegang dan hening karena teriakan nyaring Ratna dan Fany. Ketiga adik kelas yang tadinya menjelekan Raline menjadi terdiam dan tak berani berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Teen Fiction"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...