"gue anter pulang?"
Sebuah suara berhasil membuat Raline terlonjak kaget, cewek itu menoleh kesamping dan menemukan Evan berdiri disebelahnya dengan senyum yang begitu manis.
"ah, enggak usah, kak," tolaknya sopan, Raline masih menunggu jemputan Geva.
Semenjak mereka pacaran, Geva jarang membiarkan Raline pergi kesana kemari sendirian, cowok itu selalu mengantar jemputnya. Geva tak akan membiarkan Raline untuk pulang bersama orang lain.
"ada pacar itu dimanfaatkan," ucap cowok itu kala Raline protes karena tak dibiarkan pergi ke tempat les sendirian.
"loh kenapa? Rumah kita sebelahan, 'kan? Sekalian aja, biar hemat," ajak Evan lagi.
"enggak, gue—"
"sayaanggg!!!!"
Seruan nyaring itu membuat semua orang yang ada disana menoleh kearah Geva, cowok itu berjalan santai dengan tangan melambai kearah Raline dan tersenyum lebar kepadanya. Raline meringis kecil. Benar-benar tak tahu malu.
Cowok itu dengan cepat menggenggam tangan Raline dan menariknya untuk berdiri disebelahnya. Geva sengaja berteriak begitu keras tadi karena melihat Evan dekat-dekat dengan kekasihnya. Walau interaksi Raline dan Evan itu minim, tapi tetap saja Geva harus waspada kepada cowok tersebut.
"radar gue mengatakan kalau dia buaya darat!" batin Geva.
"ayo pulang, by!" ajak Geva bersemangat, mengabaikan wajah memerah malu Raline karena sekarang fokus Geva adalah membuat Evan jauh-jauh dari kekasihnya.
"Geva..." cicit cewek tersebut malu.
Evan tersenyum tipis, "pacaran?" cowok itu menaikkan sebelah alisnya, terlihat seperti menantang Geva sekarang.
Jelas itu langkah salah, Geva bukan orang yang ditantang malah mundur, ia tipe yang selalu tak ingin kalah, apalagi kalau masalah kepunyaan. Geva tak suka ada orang yang melirik miliknya dengan tatapan lapar seperti yang Evan lakukan kepada Raline.
"woo... iya, dong!" ucapnya bangga, ia lalu menatap Evan dengan senyum miringnya, "gue udah resmi! Jadi mending lo jauh-jauh!"
Raline mencubit pinggang cowok tersebut, malu sekali karena Geva mengatakan begitu lantang seolah sedang memamerkan hubungan mereka. Tak ingin menjadi semakin malu cewek itu segera menarik Geva menjauh dari sana.
"jangan gitu!" tegur Raline kesal.
"biar Evan-Evan itu enggak dekatin kamu lagi!"
Raline menggeleng kecil, ia memasang sendiri helmnya kali ini, "suka-suka kamu deh," pasrahnya.
Geva itu kalau ditegur sekali dua kali tak akan cukup. Selesai dengan perdebatan kecil mereka, Geva lalu membantu Raline untuk naik keatas motor. Selama diperjalanan mereka tak berbicara banyak, Raline hanya melingkarkan tangannya dipinggang Geva, menyandarkan dagunya pada bahu cowok tersebut sambil menikmati dinginnya angin malam.
"aku sayang kamu," ungkap Geva, motor itu berjalan cukup lambat. Ia lalu mengusap tangan Raline yang melingkar dipinggangnya.
"aku tau," balas Raline dengan mata tertutupnya, semakin menyamankan diri dibelakang sana.
"karena pernah kehilangan kamu gara-gara kebodohanku, aku enggak mau hal yang sama terjadi lagi."
Raline tersenyum tipis, ia membuka matanya dan menatap Geva dari spion motor cowok tersebut.
"enough, Gev." Tangan kanannya naik dan memeluk dada Geva, "enggak perlu ungkit masa lalu, itu nyakitin kita berdua."
Geva tersenyum tipis dari balik helmnya, kecepatan motor itu kembali seperti semula. Ditengah perjalanan Raline kembali berucap:
![](https://img.wattpad.com/cover/258375315-288-k844418.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Teen Fiction"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...